Mohon tunggu...
Yohanes Maharso
Yohanes Maharso Mohon Tunggu... Communers'19

Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Difusi Inovasi pada Transformasi Digital Kraton Jogja

12 Januari 2021   00:12 Diperbarui: 12 Januari 2021   01:02 1004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada dasarnya, teori difusi inovasi menjelaskan bagaimana suatu inovasi dikomunikasikan lewat channel tertentu sepanjang waktu kepada anggota kelompok dari suatu sistem sosial. Dari pemahaman tersebut, ada empat elemen kunci dalam teori difusi inovasi yaitu inovasi, waktu, saluran komunikasi, dan sistem sosial. Penulis akan mengalisis transformasi Kraton Jogja dari dilihat dari elemen-elemen ini.

Secara umum, pembangunan inovasi dari Kraton Jogja melalui beberapa tahapan. Pertama, pihak Kraton berusaha memetakan masalah atau kebutuhan dimana Kraton perlu beradptasi dengan modernitas, tetapi dengan tetap mempertahankan budaya lokal.

Kedua, Kraton melalui divisi Tepas Tandha Yekti melakukan riset mengenai upaya apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Lalu, dimulailah tahap pembangunan, Kraton Jogja dipimpin oleh GKR Hayu mulai merintis pembuatan website dan diikuti dengan media sosial lainnya.  

Tahapan selanjutnya adalah komersialisasi. Kraton Jogja berusaha menyebarkan atau mengenalkan inovasi ini kepada masyarakat luas. Berbagai promosi dilakukan untuk berkunjung ke website atau media sosial Kraton. Upaya ini terus dilakukan sampai pada tahap adopsi.

Untuk sampai pada tahap adopsi, butuh waktu yang cukup panjang, apalagi bagi kalangan masyarakat yang cukup konservatif dan menilai Kraton tidak perlu melakukan inovasi karena kekhawatiran akan lunturnya budaya Kraton. Tentu inovasi yang dilakukan ini memiliki konsekuensi tertentu.

Selanjutnya, penulis akan menganalisis berdasarkan elemen-elemen difusi inovasi. Pertama, inovasi itu sendiri. Upaya transformasi digital yang dilakukan Kraton Jogja merupakan suatu ide yang baru bagi masyarakat Jogja. Jika dicermati melalui karakteristik inovasi, inovasi yang dilakukan Kraton Jogja akan menguntungkan bagi eksistensi budaya lokal. 

Lalu, inovasi ini juga memiliki kesesuaian dengan keadaan masyarakat Jogja yang saat ini sudah akrab dengan teknologi. Transformasi digital Kraton sebagai suatu inovasi juga sangat kompleks, melibatkan berbagai unsur masyarakat. Selain itu, inovasi ini juga bisa dicoba dan diobservasi. Penulis yakin Kraton terus memantau perkembangan dari inovasi yang sudah mulai dijalankan ini.

Kedua, saluran komunikasi. Bagi masyarakat Jogja yang tergolong konservatif, inovasi ini mungkin sangat sulit untuk diterima. Kelompok ini memiliki pandangan kalau Kraton mulai membuka diri, dikhawatirkan nilai-nilai budaya Kraton akan luntur. Maka, inovasi ini disosialisasikan oleh opinion leader.

Opinion leader Kraton Jogja adalah Sultan Hamengku Buwono X sendiri. Hal ini tampak dari peluncuran website Kraton Jogja, dimana Sultan sendiri yang mengenalkan platform ini kepada masyarakat. Saluran komunikasi ini ternyata cukup ampuh untuk membantu kelompok konservatif menerima inovasi yang dibuat oleh Kraton.

Tiga, waktu atau proses keputusan adopsi inovasi. Terdapat lima tahapan proses keputusan adopsi inovasi ini. Pertama, tahap pengenalan dimana Kraton Jogja mulai mengenalkan inovasi yang akan dibuat kepada masyarakat. Kedua, tahap persuasi, Kraton Jogja berusaha membujuk masyarakat melalui opinion leader, dalam hal ini merupakan Sultan sendiri beserta anak-anaknya. Tiga, tahap decisions dimana masyarakat Jogja mulai menerima inovasi yang ditawarkan Kraton. 

Empat, tahap implementasi, bagaimana inovasi tersebut mulai diimplementasikan oleh Kraton melalui website dan platform lainnya. Lima, tahap konfirmasi, dimana masyarakat memiliki ketegasan akan keputusan inovasi. Proses ini berlangsung lama dan akan terus berlanjut. Ada kelompok masyarakat yang cepat mengadopsi, tetapi ada juga kelompok masyarakat yang sangat sulit untuk beradaptasi pada inovasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun