Mohon tunggu...
Yohanes Maharso
Yohanes Maharso Mohon Tunggu... Communers'19

Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Difusi Inovasi pada Transformasi Digital Kraton Jogja

12 Januari 2021   00:12 Diperbarui: 12 Januari 2021   01:02 1004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
keraton.perpusnas.go.id

Globalisasi dan modernisasi merupakan tantangan yang cukup berat bagi Kraton Jogja untuk melestarikan dan menjaga eksistensi tradisi lokal. Sultan Hamengku Buwono X menilai bahwa tradisi dan modernisasi perlu berjalan beriringan tanpa saling menghancurkan. Kraton Jogja tidak bisa selamanya menutup diri dari globalisasi dan modernisasi.

Adaptasi merupakan upaya yang perlu dilakukan untuk tetap mempertahankan tradisi lokal, namun sekaligus dapat mengenalkannya kepada generasi muda yang akrab dengan teknologi. Hal inilah yang menjadi latar belakang tranformasi digital yang terjadi di Kraton. 

Dalam upaya melakukan transformasi, Kraton melakukan berbagai inovasi. Salah satu inovasi Kraton yang dilakukan adalah penggunaan media digital.  Beberapa platform digital yang dimiliki oleh Kraton yaitu website, instagram, youtube, twitter, dan facebook.

Platform digital yang pertama kali dikenalkan oleh Kraton adalah website dengan alamat www.kratonjogja.id. Website tersebut secara resmi diluncurkan pada tanggal 7 Maret 2017 oleh Sultan Hamengku Buowno X. Website ini merupakan suatu inovasi yang menjadi penanda 'zaman baru' bagi Kraton Jogja.

Awalnya website ini hanya berisi dokumentasi mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di Kraton saja. Akan tetapi, website ini mengalami perkembangan yang cukup pesat setelah diresmikannya divisi yang secara khusus mendokumentasikan kegiatan Kraton yaitu Tepas Tandha Yekti. Saat ini, website kratonjogja.id sudah sangat berkembang. Berbagai informasi terbaru mengenai Kraton Jogja dapat diakses melalui situs tersebut.

Selain melalui platform website, Kraton Jogja juga berusaha menyajikan informasi melalui media sosial. Saat ini, Kraton Jogja memiliki empat media sosial utama yaitu facebook, twitter, instagram, dan youtube.

Media sosial ini digunakan Kraton Jogja sebagai sarana untuk mengenalkan berbagai tradisi lokal dan juga kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung di Kraton Jogja. Selain itu, Kraton Jogja juga menggunakan media sosial untuk berkomunikasi secara langsung dengan masyarakat. Masyarakat dapat bertanya secara langsung pada kraton misalnya dengan menggunakan tagar #tanyakraton.

Instagram dan youtube merupakan dua platform yang secara aktif digunakan Kraton Jogja. Akun instagram @kratonjogja sudah diikuti 255.000 akun, dan telah memposting sebanyak 967 postingan. Kita dapat mencermati hal menarik dari caption yang ditulis dalam setiap postingan. 

Kraton Jogja selalu menggunakan bahasa Indonesia dan juga bahasa Inggris. Tentu saja, penggunaan kedua bahasa ini bertujuan untuk memudahkan generasi muda dan juga wisatawan asing dalam memahami maksud dari postingan tersebut. 

Sedangkan, akun youtube Kraton Jogja sudah diikuti oleh 115.000 subscriber. Konten-konten yang diunggah di youtube sebagian besar merupakan dokumentasi kegiatan di Kraton Jogja. Meskipun demikian, kegiatan-kegiatan tersebut dikemas dengan sangat menarik. Tak jarang, model-model konten kekinian seperti QnA, Vlog, dan bahkan film pendek juga berusaha dihadirkan di youtube Kraton Jogja.

Upaya Kraton jogja untuk menggunakan website dan media sosial merupakan sebuah inovasi yang menjadi hal baru bagi masyarakat Jogja. Upaya tranformasi digital Kraton Jogja ini akan penulis analisis menggunakan perspektif teori difusi inovasi. Teori ini dikemukakan oleh Everett M Rogers.

Pada dasarnya, teori difusi inovasi menjelaskan bagaimana suatu inovasi dikomunikasikan lewat channel tertentu sepanjang waktu kepada anggota kelompok dari suatu sistem sosial. Dari pemahaman tersebut, ada empat elemen kunci dalam teori difusi inovasi yaitu inovasi, waktu, saluran komunikasi, dan sistem sosial. Penulis akan mengalisis transformasi Kraton Jogja dari dilihat dari elemen-elemen ini.

Secara umum, pembangunan inovasi dari Kraton Jogja melalui beberapa tahapan. Pertama, pihak Kraton berusaha memetakan masalah atau kebutuhan dimana Kraton perlu beradptasi dengan modernitas, tetapi dengan tetap mempertahankan budaya lokal.

Kedua, Kraton melalui divisi Tepas Tandha Yekti melakukan riset mengenai upaya apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Lalu, dimulailah tahap pembangunan, Kraton Jogja dipimpin oleh GKR Hayu mulai merintis pembuatan website dan diikuti dengan media sosial lainnya.  

Tahapan selanjutnya adalah komersialisasi. Kraton Jogja berusaha menyebarkan atau mengenalkan inovasi ini kepada masyarakat luas. Berbagai promosi dilakukan untuk berkunjung ke website atau media sosial Kraton. Upaya ini terus dilakukan sampai pada tahap adopsi.

Untuk sampai pada tahap adopsi, butuh waktu yang cukup panjang, apalagi bagi kalangan masyarakat yang cukup konservatif dan menilai Kraton tidak perlu melakukan inovasi karena kekhawatiran akan lunturnya budaya Kraton. Tentu inovasi yang dilakukan ini memiliki konsekuensi tertentu.

Selanjutnya, penulis akan menganalisis berdasarkan elemen-elemen difusi inovasi. Pertama, inovasi itu sendiri. Upaya transformasi digital yang dilakukan Kraton Jogja merupakan suatu ide yang baru bagi masyarakat Jogja. Jika dicermati melalui karakteristik inovasi, inovasi yang dilakukan Kraton Jogja akan menguntungkan bagi eksistensi budaya lokal. 

Lalu, inovasi ini juga memiliki kesesuaian dengan keadaan masyarakat Jogja yang saat ini sudah akrab dengan teknologi. Transformasi digital Kraton sebagai suatu inovasi juga sangat kompleks, melibatkan berbagai unsur masyarakat. Selain itu, inovasi ini juga bisa dicoba dan diobservasi. Penulis yakin Kraton terus memantau perkembangan dari inovasi yang sudah mulai dijalankan ini.

Kedua, saluran komunikasi. Bagi masyarakat Jogja yang tergolong konservatif, inovasi ini mungkin sangat sulit untuk diterima. Kelompok ini memiliki pandangan kalau Kraton mulai membuka diri, dikhawatirkan nilai-nilai budaya Kraton akan luntur. Maka, inovasi ini disosialisasikan oleh opinion leader.

Opinion leader Kraton Jogja adalah Sultan Hamengku Buwono X sendiri. Hal ini tampak dari peluncuran website Kraton Jogja, dimana Sultan sendiri yang mengenalkan platform ini kepada masyarakat. Saluran komunikasi ini ternyata cukup ampuh untuk membantu kelompok konservatif menerima inovasi yang dibuat oleh Kraton.

Tiga, waktu atau proses keputusan adopsi inovasi. Terdapat lima tahapan proses keputusan adopsi inovasi ini. Pertama, tahap pengenalan dimana Kraton Jogja mulai mengenalkan inovasi yang akan dibuat kepada masyarakat. Kedua, tahap persuasi, Kraton Jogja berusaha membujuk masyarakat melalui opinion leader, dalam hal ini merupakan Sultan sendiri beserta anak-anaknya. Tiga, tahap decisions dimana masyarakat Jogja mulai menerima inovasi yang ditawarkan Kraton. 

Empat, tahap implementasi, bagaimana inovasi tersebut mulai diimplementasikan oleh Kraton melalui website dan platform lainnya. Lima, tahap konfirmasi, dimana masyarakat memiliki ketegasan akan keputusan inovasi. Proses ini berlangsung lama dan akan terus berlanjut. Ada kelompok masyarakat yang cepat mengadopsi, tetapi ada juga kelompok masyarakat yang sangat sulit untuk beradaptasi pada inovasi.

Empat, sistem sosial. Elemen ini sangat terkait dengan struktur sosial di masyarakat Jogja yaitu sistem sosial Kerajaan. Masyarakat memiliki kepatuhan yang tinggi terhadap Sultan. Selain itu, ada nilai budaya atau kepercayaan di masyarakat bahwa apa yang dilakukan Sultan selalu mendorong pada kebaikan. Maka, ketika Sultan sebagai opinion leader menyampaikan inovasi yang ingin dibuat Kraton, masyarakat cenderung cukup cepat menerima dan mengadopsi inovasi yang ditawarkan oleh Kraton Jogja tersebut. Apalagi, proses persuasi yang dilakukan oleh Kraton Jogja cukup kuat. 

Kraton Jogja berusaha meyakinkan masyarakat perlunya adaptasi pada modernisasi namun dengan tetap menjaga eksistensi budaya lokal. Proses difusi inovasi ini merupakan proses yang sangat panjang. Proses ini akan terus berjalan karena pada dasarnya sesuatu akan terus 'menjadi' seperti yang dijelaskan dalam filsafat proses.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun