Mohon tunggu...
Yohanes Harvinda
Yohanes Harvinda Mohon Tunggu... Dosen FPIK UNSOED

Perikanan dan Ilmu Kelautan - Kajian Sosial Ekonomi Pesisir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menghidupkan Kembali Sungai di Cilopadang, Cilacap: Peran POKMASWAS dalam Restocking Ikan Nilem dan Ketahanan Pangan Desa

3 Agustus 2025   01:10 Diperbarui: 3 Agustus 2025   01:08 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nilem (Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Osteoc_hassel_120127-22799_tsm.JPG)

Sungai bukan hanya aliran air yang memotong desa-desa, melainkan juga urat nadi kehidupan. Di Desa Cilopadang, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, sungai menjadi tempat bergantungnya aktivitas pertanian, perikanan, hingga budaya masyarakat sekitar. Namun beberapa tahun terakhir, warga mulai merasakan kehilangan: populasi ikan lokal, terutama ikan Nilem (Osteochilus hasselti) (Gambar 1), kian menurun.

Fenomena ini bukan hal sepele. Ketidakseimbangan ekosistem sungai yang disebabkan oleh penangkapan berlebih (overfishing), pencemaran limbah, dan penggunaan alat tangkap ilegal seperti setrum dan racun ikan, membuat perairan yang dulunya kaya biodiversitas menjadi senyap. Menjawab kegelisahan itu, sebuah inisiatif kolaboratif digerakkan: pelatihan restocking ikan Nilem untuk POKMASWAS (Kelompok Masyarakat Pengawas).

Restocking Bukan Sekadar Menebar Benih

Restocking adalah proses pelepasliaran ikan hasil budidaya ke habitat alaminya dengan tujuan menambah populasi dan memperbaiki keseimbangan ekosistem. Pada 2024, kegiatan restocking di Sungai Cilopadang dilakukan dengan menebar 13.000 ekor benih ikan Nilem berukuran 8–10 cm yang dipasok dari hatchery lokal. Kegiatan ini didampingi oleh tim akademisi dari Aquabio Research Group FPIK UNSOED, Dinas Perikanan Cilacap, Babinsa, Bhabinkamtibmas, komunitas nelayan lokal, dan tokoh masyarakat.

Menurut Sugiannor Farid, S.ST, M.Si, Pembina Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan dari Dinas Perikanan Cilacap, keberhasilan restocking sangat bergantung pada keterlibatan masyarakat. “Kalau hanya menebar benih tanpa pengawasan dan edukasi, maka program ini tidak akan bertahan lama,” ujarnya saat pelatihan.

Penebaran Ikan Nilem di Sungai Cilopadang (Sumber: Foto Pribadi Penulis)
Penebaran Ikan Nilem di Sungai Cilopadang (Sumber: Foto Pribadi Penulis)

POKMASWAS: Dari Pengawas Jadi Pelopor

POKMASWAS (Kelompok Masyarakat Pengawas) bukanlah kelompok baru di Cilacap. Mereka dibentuk untuk membantu mengawasi kawasan konservasi dan memantau aktivitas perikanan. Namun, dalam pelatihan kali ini, mereka naik kelas — dari sekadar pengawas menjadi aktor utama pelestari sungai. Mereka dilatih tentang teknik restocking, pemilihan spesies lokal (menghindari ikan invasif seperti nila atau lele), pemantauan kualitas air, hingga edukasi ke masyarakat sekitar.

Menurut Totok Budiono, Ketua POKMASWAS Cilopadang, banyak masyarakat belum tahu bahwa ikan Nilem adalah spesies lokal yang bernilai tinggi. "Selama ini orang hanya kenal lele atau nila, padahal Nilem bisa jadi abon, kerupuk, bahkan pakan tambahan untuk ayam dan bebek," ujarnya.

Sosialisasi dari Dr. Asro Nurhabib, Dosen FPIK UNSOED (Sumber: Foto Pribadi Penulis)
Sosialisasi dari Dr. Asro Nurhabib, Dosen FPIK UNSOED (Sumber: Foto Pribadi Penulis)

Ikan Nilem: Gizi Tinggi, Adaptif, dan Bernilai Ekonomi

Ikan Nilem dikenal memiliki kandungan protein hewani yang tinggi, serta kaya akan omega-3 dan vitamin B12. Kandungan gizinya menjadikan ikan ini cocok untuk program peningkatan konsumsi protein di pedesaan. Nilem juga termasuk ikan yang mudah dibudidayakan karena tidak memerlukan pakan pabrikan dan dapat tumbuh di aliran sungai alami.

Lebih dari itu, ikan ini memiliki potensi pasar yang luas, baik sebagai ikan konsumsi langsung maupun bahan baku olahan seperti abon, nugget, atau bakso ikan. Di beberapa desa sekitar, produk olahan berbasis ikan lokal mulai diminati oleh UMKM dan pasar oleh-oleh khas Cilacap dan Banyumas.

Dampak Ekonomi dan Harapan Ke Depan

Restocking bukan hanya soal lingkungan, tapi juga soal ekonomi lokal. Dengan bertambahnya populasi ikan Nilem, nelayan desa punya harapan baru akan hasil tangkapan yang lebih baik. Di sisi lain, muncul peluang kerja sama antara pembudidaya dan pelaku UMKM olahan ikan. Tak hanya produk segar, desa ini bisa memasarkan produk olahan ikan yang memiliki nilai tambah lebih tinggi.

Program ini juga membuka peluang untuk ekowisata sungai, seperti wisata terapi ikan, edukasi konservasi bagi pelajar, atau bahkan wisata minapolitan skala kecil. Sungai yang bersih dan penuh ikan bukan hanya indah, tapi juga menjanjikan kesejahteraan.

Kesimpulan: Pelestarian Berbasis Masyarakat adalah Kunci

Pelatihan dan restocking ikan Nilem di Cilopadang adalah contoh nyata bahwa konservasi dan ketahanan pangan bisa berjalan seiring. Kolaborasi antara masyarakat (POKMASWAS), pemerintah, dan akademisi menjadi kekuatan utama dalam menjaga kelestarian ekosistem air tawar yang mulai terancam.

Harapannya, model ini dapat direplikasi di desa-desa lain yang mengalami permasalahan serupa. Karena pada akhirnya, sungai yang lestari bukan hanya untuk hari ini, tapi untuk generasi yang akan datang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun