Mohon tunggu...
Aurelia Yohana Purba
Aurelia Yohana Purba Mohon Tunggu... Sanata Dharma University Yogyakarta Pendidikan Biologi

Saya Aurelia, Mahasiswa Pendidikan Biologi Angkatan 24 yang selalu penasaran dengan cara tumbuhan bertahan hidup dan beradaptasi. Suka menulis tentang sains, lingkungan, dan kehidupan kampus. Juga gemar membaca buku dan selalu antusias mencoba hal-hal baru. Percaya bahwa berbagi pengetahuan adalah salah satu bentuk kepedulian. Mari tumbuh dan belajar bersama!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dinamika Perkembangan Jaringan Meristem: Pondasi Pertumbuhan dan Adaptasi Tumbuhan

15 Juni 2025   12:02 Diperbarui: 8 Juli 2025   18:51 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar apikal meristem pada ujung tunas Coleus, menampilkan primordia daun dan sel meristem yg padat. (Sum: The Science of Plants - open.lib.umn.edu)

Jaringan meristem adalah jaringan muda pada tumbuhan yang terdiri dari sel-sel aktif membelah dan menjadi pusat utama pertumbuhan serta perkembangan organ tumbuhan. Meristem terdapat di titik tumbuh seperti ujung akar, batang, dan tunas, yang memungkinkan tumbuhan bertambah panjang dan membentuk organ-organ baru. Peran meristem sangat penting dalam pembentukan setiap organ tumbuhan, sehingga menjadi pondasi utama dalam pertumbuhan dan adaptasi tanaman terhadap lingkungan ( Dilla dkk., 2023).

Pertumbuhan dan perkembangan jaringan meristem sangat dipengaruhi oleh faktor internal seperti hormon tumbuhan dan faktor eksternal seperti lingkungan. Penelitian terbaru di Indonesia menunjukkan bahwa pemberian zat pengatur tumbuh seperti BAP (Benzyl Amino Purine) dan NAA (Naphthalene Acetic Acid) secara tunggal maupun kombinasi dapat mempercepat munculnya tunas, meningkatkan jumlah tunas, serta keberhasilan tumbuh eksplan meristem apikal, seperti pada tanaman sagu duri dan bawang putih (Karjadi dkk., 2021). Penggunaan kombinasi BAP dan NAA 2 mg/L, misalnya, terbukti mempercepat waktu muncul tunas dan meningkatkan persentase keberhasilan tumbuh pada kultur meristem apikal sagu duri (Aulammisa dkk., 2023).

 Lebih jauh lagi, teknik kultur meristem juga dimanfaatkan secara luas dalam dunia pertanian modern. Teknik ini memungkinkan perbanyakan tanaman secara cepat, seragam, dan bebas patogen. Hal ini disebabkan karena meristem merupakan jaringan yang aktif membelah namun belum terinfeksi virus atau patogen lainnya. Bibit hasil kultur meristem, dikenal sebagai meriklon, memiliki sifat identik dengan induknya dan umumnya menunjukkan kualitas pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan hasil perbanyakan konvensional (Karjadi dkk., 2021).

Untuk memahami dinamika pertumbuhan tumbuhan, penting juga mengenal jenis-jenis meristem berdasarkan fungsinya. Terdapat tiga jenis utama meristem: apikal, lateral, dan interkalar. Meristem apikal mendukung pertumbuhan memanjang organ seperti akar dan batang (pertumbuhan primer), sementara meristem lateral (misalnya kambium) berfungsi dalam pertumbuhan melebar (pertumbuhan sekunder). Di sisi lain, meristem interkalar membantu memperpanjang ruas batang, terutama pada tanaman monokotil.

Jenis-jenis meristem. (Sumber: penulis sendiri)
Jenis-jenis meristem. (Sumber: penulis sendiri)

Sayatan ujung akar bawang (Allium cepa L.) yang menunjukkan sel-sel meristem apikal kecil, berinti besar, dan aktif membelah. (Sumber: wikimedia commo
Sayatan ujung akar bawang (Allium cepa L.) yang menunjukkan sel-sel meristem apikal kecil, berinti besar, dan aktif membelah. (Sumber: wikimedia commo

Dinamika perkembangan meristem juga erat kaitannya dengan regulasi hormonal dan sinyal lingkungan. Hormon seperti auksin, sitokinin, dan brassinosteroid (BR) bekerja secara sinergis mengatur pembelahan dan diferensiasi sel. Keseimbangan sinyal ini memungkinkan meristem untuk mempertahankan populasi sel induk, sekaligus merespons lingkungan melalui pembentukan jaringan baru.

Selain faktor biokimia, regulasi spasial dan arah pembelahan sel turut berperan dalam menentukan bentuk dan arah pertumbuhan organ. Studi pada tumbuhan paku Ceratopteris richardii menunjukkan bahwa posisi sel dalam meristem gametofit lebih fleksibel dibandingkan dengan tumbuhan berbiji, yang mengindikasikan adanya strategi evolusioner dalam perkembangan meristem (Yadav dkk., 2022).

Perkembangan ilmu transcriptomic turut membuka wawasan baru mengenai mekanisme kerja gen dalam meristem. Teknologi ini memungkinkan pemetaan ekspresi gen secara spesifik pada berbagai jenis sel dan lokasi dalam meristem. Sebagai contoh, Klepikova dan Penin (2023) berhasil menyusun atlas 3D ekspresi gen pada meristem bunga Arabidopsis, yang menunjukkan bahwa ekspresi gen bersifat sangat terorganisir dan hanya aktif di sel-sel tertentu. Temuan ini menegaskan bahwa pembentukan organ bukan hasil pembelahan acak, melainkan proses yang sangat terkoordinasi.

Dengan demikian, jaringan meristem bukan hanya pusat pertumbuhan, melainkan juga pusat adaptasi kompleks pada tumbuhan. Kombinasi regulasi genetik, interaksi hormonal, dan respons terhadap lingkungan menunjukkan betapa cerdasnya tumbuhan dalam mengatur pertumbuhannya. Riset-riset terbaru memperkuat pentingnya pendekatan integratif untuk memahami serta memanfaatkan potensi jaringan ini dalam mendukung produksi pertanian yang berkelanjutan. Semoga artikel ini membuka wawasan baru dan menginspirasi pembaca untuk terus menjaga dan melestarikan tumbuhan di sekitar kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun