Mohon tunggu...
Yogaswara F. Buwana
Yogaswara F. Buwana Mohon Tunggu... Freelancer - Pemikir Bebas

Manifesto Kaum Bodo Amat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apakah PNS Profesi Maha Agung?

22 Oktober 2021   11:41 Diperbarui: 22 Oktober 2021   12:00 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mentalitas yang menganggap para pegawai kolonial memiliki level di atas para pedagang atau wiraswasta lain ini akhirnya bertahan sampai sekarang. Para pegawai kolonial itu di masa sekarang disamakan dengan PNS karena memang sama-sama pegawai pemerintah.

Sementara itu sejarawan Onghokham dan Sartono Kartodirdjo juga mendukung pernyataan Van Niel tersebut. Sayangnya kedua sejarawan tersebut hanya mengkaji soal masyarakat Jawa. Tapi bukan masalah untuk memperoleh sedikit gambarannya. Onghokham dalam artikelnya yang telah dibukukan berjudul "Wahyu yang hilang negeri yang guncang" menuliskan bahwa priyayi Jawa pada masa kolonial dilarang berdagang, mereka akan dihujat atau dikutuk kalau berdagang, ini menunjukkan bagaimana para priyayi Jawa dulu begitu merendahkan profesi pedagang. Agaknya pandangan ini kemudian diikuti oleh masyarakat yang memang melihat priyayi dengan penuh hormat.

Lalu Sartono Kartodirdjo dalam bukunya "Perkembangan Peradaban Priyayi" masih dalam lingkup masa kolonial menuliskan adanya pergeseran motivasi masyarakat menjadi pegawai keraton kalau sebelumnya mencari keluhuran nama namun kemudian berubah untuk mencari kemapanan.

Pegawai keraton juga bisa dianggap sama dengan PNS karena sama-sama dekat dengan pemerintah. Tentu pada masa kolonial pegawai keraton begitu dipandang. Disini kita sudah melihat akar dari pandangan PNS dianggap oleh banyak masyarakat sebagai profesi yang dianggap sebagai satu-satunya indikator kesuksesan karena menjamin kemapanan.

Pola pikir bahwa PNS dianggap sebagai satu-satunya indikator kesuksesan telah kita buktikan adalah bagian dari mentalitas kolonial yang belum merdeka. Oleh karena mentalitas ini kesejahteraan terjamin seperti yang dinyatakan Karsani dalam film Jenderal Soedirman tadi belum terwujud sepenuhnya, karena Indonesia negara yang luas dan berpenduduk terbesar keempat di dunia, jadi mustahil semuanya bergantung pada gaji pemerintah. Memang harus ada upaya membantu pemerintah misalkan membuka lowongan pekerjaan, sehingga tingkat pengangguran bisa dikurangi atau bahkan dihapus. Dengan demikian mereka yang berpendapatan rendah juga berkurang serta mudah bagi pemerintah untuk membantu. Tentu caranya dengan membangun perspektif baru yang terlepas dari mentalitas kolonial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun