Mohon tunggu...
Yogaswara F. Buwana
Yogaswara F. Buwana Mohon Tunggu... Freelancer - Pemikir Bebas

Manifesto Kaum Bodo Amat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apakah PNS Profesi Maha Agung?

22 Oktober 2021   11:41 Diperbarui: 22 Oktober 2021   12:00 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin sudah banyak tulisan yang membahas mengenai pentingnya berwirausaha daripada menjadi PNS. Bahkan profesi yang dihormati masyarakat Indonesia ini sering pula dicibir di forum-forum motivasi pendidikan, akan tetapi walaupun demikian tetap saja hanya sebatas kata-kata, ujung-ujungnya tetap mengharapkan jadi PNS. Benci tapi sayang inilah pandangan mengenai profesi PNS.

Kemarin sempat viral di berita mengenai seorang pedagang sayur yang cinta kandas karena mertua menginginkan menantu PNS. Bisa ditebak endingnya membandingkan pendapatan pedagang sayur tersebut yang mungkin melebihi gaji bulanan seorang PNS. Sang mantan calon mertua tersebut kemudian mendapatkan menantu seorang honorer. Saya pun tidak tahu apakah sang mantan calon mertua tersebut kemudian menyesal atau tidak, yang jelas banyak netizen yang melihat dari sisi ekonomi bukan dari perspektif sosial sang mantan calon mertua.

Ini akan menjadi sedikit cerita, sebelum menulis tulisan ini saya melihat film Jenderal Soedirman dan mendengarkan perkataan Karsani "70 tahun maneh negeri Iki bakalan aman, damai, panganan berlimpah, kesejahteraan terjamin" (70 tahun lagi negeri ini akan aman, damai, makanan berlimpah, kesejahteraan terjamin). Saya jadi ingat 9 tahun lalu bertanya ke kakek saya yang pernah terlibat perang kemerdekaan, "Mbah mbiyen nyapo kok melu perang ?, Opo seng dikepingini ?" (Kakek dulu kenapa kok ikut perang, apa yang diinginkan ?), Lalu kakek menjawab "Kabeh pengen mbesok anak putune urip penak" (semua ingin nanti anak cucu hidup enak). Jadi memang dapat dikatakan bahwa keinginan para pejuang saat itu demi kebaikan generasi mendatang. Istilahnya gini "Nggak apa-apa aku sengsara tapi anak cucuku jangan", ini biasanya sering diucapkan oleh orang tua Jawa sampai sekarang. Oke lalu apa hubungannya dengan jadi PNS ?

Jadi waktu sekolah dulu ketika guru-guru memberikan motivasi di kelas selalu ada yang menasehatkan untuk tidak menjadi PNS nanti. Seringkali dikatakan, lebih baik berwirausaha dan membuka lapangan kerja karena pendapatannya bisa lebih dari seorang PNS. Tentu saja guru-guru tersebut juga seorang PNS. Akan tetapi sebagai siswa yang masih bodo amat mengenai masa depan ya masuk telinga kanan keluar telinga kiri.

70 tahun yang diharapkan pejuang tadi telah terlewati. Apabila ini tahun 2021 maka 70 tahun lalu berarti tahun 1951 yang mana perang kemerdekaan sudah usai. Apakah negeri ini sudah aman, damai, makanan berlimpah, kesejahteraan terjamin ?. Sayangnya kita masih sulit mencari indikatornya. Kalau aman dan damai mungkin relatif sudah karena Indonesia pernah dinyatakan sebagai salah satu 10 besar peringkat negara teraman di dunia oleh Gallup's 2020 Law and Order Index. Lalu mengenai makanan berlimpah dan kesejahteraan terjamin ?. Sayangnya itu semua belum bisa dikatakan terwujud sepenuhnya. Lirik lagu kolam susu "tongkat kayu dan batu jadi tanaman" telah lama menjadi tamparan keras untuk problematika ini.

RRC atau Tiongkok berdiri pada tahun 1949. Negara ini menjadi terpuruk selama kekuasaan Mao Tse Tung (Mao Zedong) kemudian mulai mendapatkan perubahannya di masa De Xiaoping yang berkuasa setelah kematian Mao tahun 1976. Tiongkok yang sebelumnya menutup diri kemudian membuka diri. Lalu pada gilirannya mendorong investasi asing serta kemudian mendorong warganya untuk berwirausaha dengan perlindungan pemerintah. Bahkan produk made in China bertebaran dimana-mana. Sekarang Tiongkok berhasil berkembang menjadi kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia.

Perkembangan Tiongkok yang pesat membuat negara barat ketar-ketir karena mulai menjadi ancaman karena Tiongkok bukanlah seperti musuh barat sebelumnya. Tiongkok bukanlah seperti Irak di masa Saddam Hussein, atau Libya di masa Muamar Khadafi, dan bukan juga Venezuela di masa Chavez yang secara pengaruh ekonomi jelas bukan tandingan Tiongkok. Sekarang negara yang dideklarasikan 4 tahun lebih mudah dari Indonesia dan baru membuka diri pasca 1976 mengapa berhasil menjadi negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ?, Kenapa Indonesia kalah dari Tiongkok ?. Rupanya kita harus melihat secara mendalam lagi penyebabnya.

Seperti judul tulisan ini "Apakah PNS profesi Maha Agung ?". Maka kita akan melihat dari sudut pandang tersebut. Sudah banyak kita jumpai pendapat-pendapat yang menyatakan Indonesia tidak bisa maju karena korupsi atau dijajah bangsa sendiri. Kalau ada kebanggaan mungkin hanyalah sebatas ajang pamer pertumbuhan ekonomi seperti yang terjadi pada masa Orde Baru. Karena sifatnya makro maka masyarakat bawah pun kurang bisa merasakan. Saya pun lebih suka menyoroti mentalitas masyarakat Indonesia.

Bangsa Indonesia telah berhasil melepaskan diri dari penjajahan akan tetapi sampai kini kebanyakan dari kita masih sulit melepaskan diri dari penjajahan mental kolonial yang masih berlangsung yakni pengagungan terhadap profesi PNS. Disini saya bukan anti PNS dan tidak pula menyarankan untuk tidak menjadi PNS, akan tetapi kita menentang pengagungan terhadap profesi PNS yang menganggap PNS adalah segalanya dan apalagi sebagai satu-satunya indikator kesuksesan. Artinya kita perlu menganggap bahwa profesi PNS adalah setara dengan profesi lain.

Tadi sudah kita sebutkan bahwa pengagungan profesi PNS merupakan bagian dari mental kolonial. Ini juga bagian dari mental yang menginginkan kenyamanan karena banyak yang beranggapan bahwa profesi PNS itu profesi santai yang kehidupannya sampai hari tua akan terjamin apalagi berseragam, meskipun saya yakin itu tidak sepenuhnya benar.

Kalau kita telusuri pada zaman kolonial dalam buku karya Van Niel yang berjudul "Munculnya Elite Modern di Indonesia" maka akan terlihat struktur masyarakat pribumi kota berdasarkan profesi dimana yang pertama diduduki oleh orang-orang yang dekat dengan pemerintah kolonial atau orang-orang Belanda seperti para pegawai kolonial dan para pembantu rumah tangga orang-orang Belanda, sementara di bawahnya ada para pedagang. Ini mencengangkan bagaimana bisa para pembantu orang-orang Belanda dipandang derajatnya lebih tinggi dari para pedagang hanya karena kedekatan mereka dengan orang Belanda ?. Kemudian juga fakta para pegawai kolonial yang derajatnya juga dianggap lebih tinggi dari para pedagang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun