Mohon tunggu...
Yoga PS
Yoga PS Mohon Tunggu... Buruh - Laki-laki yang ingin mati di pagi hari :)

Laki-laki yang ingin mati di pagi hari :)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

5 Mitos dan Fakta Tentang Timor Leste yang Mungkin Belum Kamu Tahu

14 Oktober 2014   15:23 Diperbarui: 4 April 2017   18:31 10028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_366254" align="aligncenter" width="500" caption="dok. pribadi"][/caption] “Yog, lu minggu depan ada agenda apa? Lo ke Dili ya”, tanya atasan saya. Hah??? Dili? Timor Timor? Timor Leste? Rahul Lemos? Krisdayanti? Ada apaan disana? Sama sekali tidak ada bayangan tempat wisata iconic yang melintas di otak seperti Merlion di Singapura, Great Wall di China, atau Dolly di Surabaya. Astaghirullah... sayangnya yang terakhir udah tutup... Sebagai cecunguk berkasta Sudra di korporasi kapitalis, saya tidak punya pilihan lain. Sebenarnya saya pingin jawab: “Aku mau kalo duty travel-nya ke Europe, Mas”, atau “Australia aja donk”, tapi jika saya lakukan tentu minggu depan saya sudah nyebar2 CV di Jobstreet. Apalagi beberapa teman yang sudah kesana menakut-nakuti dengan cerita “horror”. “Ga, nanti lu kalo di Dili jangan lupa pakai baju rompi warna cerah ya” kata Pai, yang sudah pernah 3x ke negeri Xanana Gusmao itu. “Hah? Kenapa emangnya?” mengingat reputasi si Pai sebagai traveler yang lebih berpengalaman (ni orang sampai pernah iseng-iseng main ke Christmast Island), saya langsung pasang telinga dengan sungguh-sungguh. “Jaga-jaga aja sih.. biar kalo lu ditembak, mayat lu keliatan di semak-semak”. “...........” mengheningkan cipta. Mulai. Perjalanan saya menuju Timor Leste diselimuti mitos, legenda, dan cerita rakyat yang negative tentang Timor Leste. Ada yang bilang Krisdayanti dipuja seperti ratu disana. Dili juga dibilang tidak aman lah, penuh tentara United Nation dengan senjata lengkap yang berpatroli lah, hingga berlakunya jam malam. Tulisan ini ingin memberikan klarifikasi berdasarkan pengalaman pribadi, tentang mitos vs fakta perjalanan wisata ke Dili. Mitos 1#: Kita harus bisa berbahasa Portugis Karena Timor Leste termasuk anggota persemakmuran Portugis, awalnya saya kira kita harus bisa bahasa Porto. Ternyata bahasa yang dominan adalah bahasa lokal, Tetum. Bahasa daerah orang Timor sejak dulu. [caption id="attachment_996" align="aligncenter" width="500" caption="Dili Airport"]

[/caption] Fakta 1#: “Selamat Pagi, Apa Kabar?” Dimengerti Semua Orang Begitu mendarat eh ternyata semua orang bisa bahasa Indonesia. Saya merasa Timor Leste masih menjadi provinsi ke-27. Semua orang dewasa mengerti bahasa Indonesia. Meskipun bukan bahasa resmi, tapi bahasa Indonesia adalah “bahasa gaul”. Karena di Timor Leste hiburan media terbatas (TV resmi mereka, TVTL hanya mengudara dari jam 8 ke jam 9 untuk menyiarkan berita), mau tidak mau masyarakat Timor Leste menonton siaran tv Indonesia dengan parabola. Jangan heran kalau mereka tahu Ganteng-Ganteng Srigala, mengikuti sepak terjang koalisi Merah Putih, atau tertawa menonton Indonesia Lawak Club. [caption id="attachment_997" align="aligncenter" width="500" caption="Ngerti koran bahasa Tetum ini?"]
Ngerti koran bahasa Tetum ini?
Ngerti koran bahasa Tetum ini?
[/caption]

Mitos 2#: Timor Leste Menggunakan Mata Uang Sendiri Setelah Merdeka Seperti negara merdeka pada umumnya, biasanya mereka mencetak mata uang sendiri. Begitu kita merdeka, Gulden ditinggalkan dan kita punya rupiah. Berbeda dengan Timor Leste, mata uang “lokal” yang berlaku hanyalah uang koin Centavos. 100 centavos sama dengan satu dollar AS. [caption id="attachment_998" align="aligncenter" width="500" caption="Koin Centavos"]

[/caption] Fakta 2#: Transaksi Menggunakan Dollar, dan Rupiah Tidak Diterima Dollar Amerika cong, bukan Dollar Bekasi :P. [caption id="" align="aligncenter" width="465" caption="Pake dollar brooo"]
[/caption] Mitos 3#: Wisata ke Timor Leste Murah Timor Leste? Deket NTT? Nitip oleh-oleh donk, pasti murah2 kan yah disana? Mereka yang ngomong kaya gini pasti kalo traveling paling jauh ke Mall di Tangerang Selatan. Mereka tidak tahu perjalanan ke Indonesia Timur itu lebih mahal daripada perjalanan ke barat mengambil kitab suci. [caption id="attachment_999" align="aligncenter" width="500" caption="Timor Plaza, "]
Timor Plaza,
Timor Plaza,
[/caption]

Fakta 3#: Wisata ke Timor Leste Nggak Mahal, tapi Muahaaalllll Emberrr. Untuk tiket pesawat, karena tak ada direct flight Jakarta-Dili saya harus singgah dan bermalam dulu di Bali. Terus untuk pulangnya lebih rempong lagi, karena return flight ke Bali penuh, saya harus muter ke Singapura dulu sebelum bisa kembali ke Jakarta. Total untuk tiket pesawat saja, kira-kira habis 8 jutaan. Sebagai negara kecil yang baru merdeka, Timor Leste sangat bergantung pada barang impor untuk memenuhi kebutuhan warganya. Sehingga wajar saja, apa-apa serba mahal. Untuk biaya hidup, sekali makan di warung biasa2 aja berkisar 5 dollar belum pake minum. Mau nongkrong di roof top skybar? Siapin 50 dollar cuk! Hotel juga begitu. Penginapan yang saya tempati punya corporate rate 125 dollar/malam padahal hanya sekelas hotel 800rb-an di Bali. Tapi tenang sodara-sodara. Masih banyak yang murah koq disini. Karena pajak hanya 5%, Anda bisa membeli mobil-mobil macam Pajero atau Ford Ranger dengan harga separuh dari Indonesia. Dan bagi pecinta anggur, maka Timor Leste adalah tempat yang tepat. Disini Anda bisa mabok sepuasnya dengan harga mulai dari 7 dollar/botol!. [caption id="" align="aligncenter" width="564" caption="Wine dan minuman keras dijual bebas (dan murah)"]

[/caption]

Mitos 4#: Dili Bukanlah Kota yang Aman, Penuh Tentara Bersenjata! Hanya jika Anda berkunjung ke Dili dibawah tahun 2012, Anda akan menemukan pasukan UN bersenjata lengkap, berjaga diseluruh kota. Tapi itu dulu. Sejak tahun 2012, pasukan UN sudah ditarik mundur. [caption id="attachment_1000" align="aligncenter" width="500" caption="Saya juga ga tau buat tuh meriam untuk apa"]

[/caption]

Fakta 4#: Dili adalah kota yang Tenang

Dili adalah kota yang tenang cenderung sepi. Tapi ternyata hal ini tidak terjadi begitu saja. Berdasarkan cerita dari orang lokal, sebelum tahun 2013 sering terjadi keributan malam. Mereka yang minum-minum, dansa, senggol dikit, bacok, tembak, berantem. Oleh karena itu mulai tahun 2013 hiburan malam dilarang. Sekarang Dili jam 8 malam hampir seperti Jakarta jam 3 pagi. Sepi. Semua sudah pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat.

[caption id="attachment_1001" align="aligncenter" width="500" caption="Suasana Largo de Lecidere, taman kota Dili"]

[/caption]

Mitos 5#: Tidak ada Objek Wisata yang Menarik Disini Apa yang dicari di lingkungan gersang dan panas seperti Timor Leste? Ilmu pelet apa yang dipakai Rahul Lemos untuk meyakinkan Krisdayanti hingga rela tinggal disini? [caption id="" align="aligncenter" width="554" caption="Anak-anak bermain di dermaga, dekat Largo de Lecidere"]

[/caption]

Fakta 5#: Dili Punya Potensi Secantik Bali Kata siapa Dili tidak Indah? Mereka punya Christo Rei, patung Paus Benedictus, taman kota yang menarik, Los Palos, hingga Pulau Jaco.

paus
paus
[caption id="" align="aligncenter" width="428" caption="Narsist dikit ah..."]
[/caption]

Kesimpulannya, Timor Leste adalah negeri yang indah untuk dikunjungi. Saya akan mengenangnya sebagai Negara muda yang akan selalu menjadi saudara kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun