Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Romansa Kusuma (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Awal Pencarian Sepuluh Anak Indigo

21 Desember 2020   19:30 Diperbarui: 21 Desember 2020   19:37 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Canva/Yoga Prasetya

"Kau akan belajar dari pengalaman Pak Pras. Tenang saja, Ayu akan selalu mendampingimu," timpal Sang kepala sekolah.

Waktu sudah menunjukkan pukul 15.30 dan mereka melanjutkan pembicaraan itu di keesokan harinya.
Sementara itu, Sang Naga menghilang bersama sepinya ruang kepala sekolah.

***

Sekolah tempat Pras mengabdi bernama SMPN 1. Letaknya di Kota yang banyak ditumbuhi bunga-bunga indah. Dari semua sekolah yang ada di kota ini, bahkan di negara ini, hanya SMPN 1 yang memiliki gerbang antar dimensi.

Sejarahnya, tempat ini merupakan petilasan dari raja-raja besar di zamannya. Kemudian berubah menjadi benteng di zaman kolonial. Hingga pemerintah orde baru menjadikannya sebagai pabrik. Barulah di era reformasi, sekolah ini berdiri dan mengalami peningkatan pesat di bawah kepemimpinan Pak Marjono.

Pukul 06.40 Bel berbunyi. Para siswa kelas 9 menuju ke masjid sekolah untuk melaksanakan salat duha. Sementara itu, siswa kelas 7 dan 8 mengaji bersama wali kelas masing-masing. Pras yang bukan wali kelas berkeliling mulai lantai satu hingga tiga untuk mengecek kondisi kelas.


Ia tak sendirian karena ditemani Ayu, sang peri. Sejak kedatangan Naga, Pras sudah tak pernah melihat sosok kuntilanak ataupun genderuwo. Ia hanya melihat sosok "anak kecil" yang keberadaannya tak mengusik para manusia. Pun terkadang ada "hewan gaib" beterbangan atau hanya singgah sejenak di ranting pohon sekolah.

Pras berhenti di kelas 8J yang kebetulan sedang tidak ada wali kelas. Ia masuk dan memandang bangku paling belakang. Ya, anak itu terlihat sedang menatap Ayu.

"Anak-anak, sambil menunggu wali kelas kalian datang, silakan baca surat Al-Baqarah dan baca secara bersama-sama," kata Pras pada anak-anak tahfiz ini.

"Pak Pras, boleh saya izin ke kamar kecil?" tanya anak itu sembari mendekat pada Pras.

"Pak, saya bisa melihat perempuan di samping Bapak," ucapnya lirih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun