"Pelabelan tidak perlu dipikirkan yang penting berkarya," kata Bang Andri. Hmmm. Oke Bang. Pelabelan itu masalah sudut pandang. Seperti yang saya tulis di artikel sebelumnya, bahwa setidaknya ada tiga tipe orang menanggapi pelabelan. Ada yang peduli, apatis, dan labil. Sementara ini saya masih di tipe labil kepeduli-pedulian Bang. Salam hangat.
 9. Mas Sam
"Mantap Mas Yoga. Salam hangat selalu." Terima kasih Mas Sam atas apresiasinya. Saling komunikasi di Kompasiana sepertinya memang wajib dilakukan. Itulah yang membuat saya betah nulis di Kompasiana.
10. Mbak Syarifah Lestari
"Santai mas. Semua ada waktunya," komen beliau. Mbak Tari, boleh saya tambahkan ya. Semua akan indah pada waktunya. Salam hangat dan sehat selalu.
Demikianlah, sepuluh kompasianer yang menyempatkan berkomentar di artikel saya sebelumnya yang berjudul "Pelabelan: Apresiasi dan Hak Prerogatif Kompasiana". Jadi, refleksi untuk saya di artikel ke-100 adalah tetap semangat menulis. Apapun yang terjadi, saya tetap menulis.
Terima kasih.
Salam hangat dan sehat selalu untuk para pembaca artikel ini.
Yang masih belajar dan menulis di Kompasiana, Yoga Prasetya.
Malang, 21 November 2020