Langit yang tak bergeming.
Alam yang tetap diam.
Dan di dalam keheningan itu, bisikan halus kembali terdengar:
"Tidak ada yang akan menyalahkan-Mu jika Engkau menyerah sekarang."
"Mengapa harus Engkau yang menanggung semua ini?"
"Mereka tidak layak. Mereka akan tetap membunuh-Mu, bahkan setelah Kau selamatkan."
Suara itu merayap di benak-Nya, mengisi celah-celah ketakutan manusiawi-Nya.
Tangan-Nya mencengkeram tanah dengan erat, seakan mencoba berpegang pada sesuatu yang nyata di tengah pusaran penderitaan yang tak kasat mata.
Tetapi Yesus sudah memutuskan.
Ia tak akan menyerah.
Ia tak akan lari.
Ia akan minum cawan penderitaan ini sampai habis.
Maka dengan sisa kekuatan yang ada, Ia mengangkat wajah-Nya yang sudah berlumuran darah dan berbisik lirih: