Pembuluh darah kecil di bawah kulit-Nya mulai pecah karena stres yang luar biasa, dan keringat bercampur darah mulai mengalir dari dahi-Nya, jatuh ke tanah yang dingin dan kering.
Ini bukan sekadar rasa takut biasa. Ini adalah beban seluruh dosa dunia yang mulai menghantam-Nya.
Dosa Adam dan Hawa, dosa Kain yang membunuh saudaranya, dosa Daud yang berzinah dan membunuh, dosa bangsa-bangsa yang menyembah berhala, dosa setiap manusia yang pernah hidup dan akan hidup.
Semua itu jatuh ke pundak-Nya.
Setiap kebohongan, setiap pengkhianatan, setiap kekerasan, setiap penghinaan terhadap Allah---semuanya kini melekat pada-Nya seperti belenggu tak kasat mata yang mulai mencekik.
Hati-Nya menjerit.
"Bapa... Aku tak sanggup!"
Untuk pertama kalinya, Yesus---yang selama ini kuat di hadapan badai, yang tenang di hadapan setan, yang penuh kuasa di hadapan penyakit dan kematian---merasa hampir menyerah.
"Jika mungkin, biarlah cawan ini berlalu dari-Ku... Jika mungkin..."
Tetapi sekali lagi, tak ada jawaban.
Hanya keheningan.