Mohon tunggu...
Wahyudin  Atmaja
Wahyudin Atmaja Mohon Tunggu... Dosen Stikes Karsa Husada Garut

Saya adalah seorang dosen di STIKes Karsa Husada Garut yang tengah menapaki jenjang akhir studi S3 di bidang Ilmu Pendidikan. Riset saya saat ini berfokus pada Manajemen Pendidikan Karakter di lingkungan Boarding School, sebuah topik yang saya yakini penting untuk membentuk generasi yang unggul secara intelektual dan spiritual. Di kampus, saya mengampu mata kuliah yang menyentuh sisi terdalam kemanusiaan, seperti Keperawatan Jiwa, Psikososial dan Budaya Keperawatan, Keperawatan Komunitas, Psikologi, hingga Filsafat Ilmu. Bidang-bidang ini memberi saya ruang untuk menyelami kompleksitas manusia, serta menyampaikan nilai-nilai kemanusiaan dan spiritualitas dalam pembelajaran. Di luar kelas, saya memiliki kegemaran memberikan motivasi kehidupan untuk individu, keluarga, maupun komunitas. Bagi saya, setiap jiwa memiliki potensi luar biasa yang dapat tumbuh melalui sentuhan inspirasi, pemahaman diri, dan kesadaran spiritual.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

" Prasangka Positif: Menemukan Nikmat di Balik Cobaan "

4 Oktober 2025   16:49 Diperbarui: 4 Oktober 2025   16:49 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hidup, sering kali kita diuji dengan peristiwa yang membuat hati bertanya, "Ya Allah, di mana pertolongan-Mu?" Namun justru di balik cobaan itulah Allah menyimpan nikmat yang lebih besar. Kisah ini adalah tentang prasangka proaktif---berprasangka baik meski kenyataan tidak baik-baik saja---dan bagaimana istirja' serta husnuzhan menghadirkan jalan keluar yang tak disangka.

Alhamdulillah, hari-hari terakhir ini Allah memberikan kabar gembira kepada keluarga kami. Salah satu anak kami akan segera dilantik di sebuah kantor pemerintah, menempati formasi yang kosong karena ada yang mengundurkan diri. Wajah istri saya terlihat begitu ceria menerima kabar ini. Pada hari yang sama, dua anak lain dari luar kota juga memberi kabar---satu sekadar menyapa, dan satu lagi meminta kelengkapan data kepegawaian karena baru diterima bekerja di perusahaan taksi Blue Bird. Alhamdulillah, pekerjaan itu sesuai dengan hobinya: mengemudi.

Setelah melewati kurang lebih tiga minggu penuh ujian yang membuat hati pernah bertanya, "Ya Allah, di manakah pertolongan-Mu?" kami kini merasakan betapa nikmat yang datang setelah kesulitan terasa lebih manis. Sebagaimana firman Allah:

"Karena sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."
(QS. Al-Insyirah: 5--6)

Saya sadar, cinta kepada keluarga tidak selalu dibuktikan dengan perdebatan, tetapi dengan tindakan nyata: doa, usaha, dan memanfaatkan peluang yang Allah sediakan. Walaupun tanggal pelantikan masih sebulan lagi, kami ingin menjadikan momen ini sebagai pengingat bahwa semua ini adalah pemberian Allah. Maka saya tekankan kepada anak-anak: syukurilah dengan memperbaiki ibadah, menjaga shalat, mengaji, dan membiasakan kebaikan orang-orang beriman.

Buah dari Istirja'

Ada pula pengalaman lain yang semakin meneguhkan hati tentang pentingnya berprasangka baik. Suatu hari ada tawaran kesempatan kerja melalui jasa penghubung, dengan biaya tertentu. Saya sempat menawarkannya kepada salah satu famili, namun saat itu anaknya tidak ada di tempat. Beberapa waktu kemudian, biaya tersebut melonjak hingga tiga kali lipat. Saya bergumam, "Coba kalau anak itu ada waktu itu, dari mana saya akan mencari tambahannya?" Alhamdulillah, ternyata Allah menahan langkah itu sejak awal.

Pada saat lain, anak saya sendiri sudah siap mengikuti proses kerja, namun ada syarat yang membuatnya gugur. Saat itu saya segera beristirja': "Inn lillhi wa inn ilaihi rji'n." Saya juga menasihati anak agar beristirja' dan tetap berprasangka baik, karena inilah yang terbaik dari Allah.

Beberapa waktu kemudian, saat kuota rekrutmen belum terpenuhi, terlintas dalam pikiran: "Apakah kekurangan syarat itu bisa dinegosiasikan?" Saya memberanikan diri mencoba, selebihnya saya pasrahkan pada Allah. Di luar dugaan, jawabannya adalah: "Silakan, Pak."

Alhamdulillah, jalan yang semula tertutup ternyata dibukakan kembali. Saya percaya, ini adalah buah dari istirja' dan husnuzhan: menerima kegagalan dengan lapang hati, lalu Allah gantikan dengan jalan yang tak disangka-sangka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun