Mohon tunggu...
YESTRI SUSANTI LUMBAN
YESTRI SUSANTI LUMBAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lukisan,musik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Orang Tua,Mereka bukan Tuhan tetapi Gambaran dari Tuhan

30 Oktober 2022   11:32 Diperbarui: 30 Oktober 2022   11:43 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya saya tahu mau memulai dari mana, saya tidak tahu ini penting untuk orang lain tapi saya hanya ingin menceritakan bagaimana perasaan saya saat melihat keadaan orang itu.Untuk kali ini saya ingin menceritakan seorang kakek yang sedang tertati-tahih mendoeong sepedanya dengan membawa barang rongsokan. Saat kami pergi ke Tujungan Plasza Surabaya tidak sengaja kami melihat seorangbkakek yang berjalan menyusurin jalan di malam hari dengan posisi medorong sepedanya dengan bawaan barang rongsokan di atasnya. Kakek ini berjalan sampai gemetaran dan meraba- raba perjalanan. 

Benar saja untuk saat itu saya tidak bisa berbuat apa-apa posisinya saya tidak punya sesuatu untuk diberikan kepada kakek itu tapi itu jalan raya bahkan jalan besar dan mungkin itu kota . Namun bukan hanya saya yang ikut prihatin dengan kondisi kakek tersebut bahkan teman-teman yang lain juga ikut merasakan betapa capeknya kakek itu. Dia berjalan dengan kondisi kaki gemetaran,badanya kurus,bungkuk bahkan tidak menggunakan alas kaki sama sekali. Untuk sebentar terkadang dia berhenti untuk melap keringatnya,pandangan yang tidak tertuju kedepan  membuat bapak itu terkadang menabrak apa yang didepannya seperti penghalang jalan,dan beliau terkadang mau jatuh.

Yang paling membuat saya terharu melihat kakek itu saat ada orang yang memberikan dia sebungkus nasi dan air minum memang benar dia menerimanya namun setelahnya memberikan makanan itu kepada bapak tukang becak sepeda yang sedang menunggu penumpang jika ada yang menggunakan jasa sepedanya. Ini membuat saya bingung sebenarnya beliau membutuhkan orang lain namun dia tidak mau menerima makanan dari orang lain bahkan dia lebih memilih makanan itu diberikan kepada orang lain.

Dengan kondisi seperti itu saya berpikir apakah dia tidak ada keluarga ? Kenapa dengan kondisi beliau yang sudah tua masih menyelusurin jalan untuk mencari barang- barang rongsokan,apakah anak beliau tidak ada ? karena posisinya itu sudah malam dan itu bukan jalanan sepi melainkan jalan raya kota,jika beliau keserempet oleh kendaraan disana kasihan. Bukan bermaksud untuk tidak membantu beliau tapi saya dan teman yang lain juga pengen membantunya namun untuk orang-orang disana sepertinya sudah biasa dengan kakek itu dan tidak ada malah yang mau membatunya.

Sekedar saya menangis dan mengingat Bapak saya ,bagaimana ya jika nanti masa tua bapak saya seperti itu ? apa gunanya kami anaknya yang disekolahkan tidak bisa membahagiakan orang tua kami yang hanya dua (2) orang apakah kami yang berjumlah 7 orang tidak bisa membahagiakan mereka , bahkan tekad dalam diri saya semakin membara.Mau bagai manapun caranya saya tidak akan membiarkan mereka dalamnkesedihan setidaknya kehidupan masa tua mereka berkecukupan dan tidak lagi membanting tulang untuk mencari makanan,biarkan itu menjadi tanggung jawab kami sebagai anak.

Kita harus tahu orang tua tidak akan pernah mau membebani anak-anaknya  sekecil apapun itu. Mereka akan lebih senang jika anak-anaknya bahagia bahkan itu bersama temannya dan keluarganya tanpa harus memikirkan mereka. Tapi apakah kita pernah merasakan kesedihan mereka di sana ? mereka membanting tulang untuk menyekolahkan kita tanpa mengenal namanya panas,hujan,badai sekali pun mereka lalui agar kita bisa sekolah,agar keinginan kita terpenuhi. Kita harus sadar tidak ada orang tua yang tidak sayang kepada anak -anaknya namun hanya saja cara setiap orang tua memberikan kasih sayangnya itu berbeda . Tekadang kita dimarahin tujuannya agar kita tidak lari dari jalur.Dilarang berbagai hal namun hal itu menurut kita baik tetapi feeling orang tua tidak pernah salah terhadap anak- anaknya.Naluri orang tua tidak pernah salah oleh sebab  itu  mereka disebut sebagai Tuhan yang kita lihat di dunia karena mereka akan melakukan semua hal demi kita anak-anaknya meski menurut kita itu menyakitkan bagi kita tetapi tujuan mereka hanya satu yaitu demi kebahagiaan anak-anaknya,bukan semata-mata untuk keegoisan mereka atau demi kebahagiaan mereka.Orang tua mana yang sanggup melihat anaknya tersiksa, itu tidak ada semua orang tua melakukan pekerjaannnya demi membahagiakan anak- anaknya.

Pesan saya untuk kali ini 

1. Hargai perjuangan dari orang tua kita,

2. Pandanglah dia sebagai Tuhan yang kita takutin didunia,

3. Dengarkan apa yang dinasehatkan kepada kita,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun