Mohon tunggu...
Yessi febrianty
Yessi febrianty Mohon Tunggu... -

Berasal dari kota kecil di Bengkulu, mantan pekerja Jakarta dan saat ini sedang belajar dan menetap di Yogyakarta. Menyukai traveling, membaca dan menulis apa saja.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama FEATURED

Mengapa Kita Sulit Lepas dari Jerat Kantong Plastik?

9 September 2017   13:11 Diperbarui: 5 Juni 2018   10:08 14097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Shutterstock

Maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa secara umum masyarakat Indonesia memiliki sikap setuju bahwa pemakaian kantong plastik berbahaya dan harus dikurangi. Namun kemudian yang menjadi pertanyaan adalah mengapa sulit bagi masyarakat untuk berhenti melakukan hal yang mereka sadari salah dan berbahaya bagi kelangsungan hidup mereka?.

Teori Disonansi Kognitif

Kondisi di mana terdapat sikap yang tidak konsisten antara pengetahuan atau keyakinan yang dimiliki atau kondisi di mana individu menemukan bahwa dirinya melakukan hal-hal yang ia tahu bertentangan dengan apa yang diyakininya. 

Hal inilah yang mendasari munculnya Cognitive Dissonance Theory atau Teori Disonansi Kognitif oleh Leon Festinger (West & Turner, 2008 : 137). Teori ini lahir sebagai sebuah kritik terhadap teori-teori konsistensi seperti Consistency Cognitive Theory (CCT).

Consistency Cognitive Theory (CCT) atau teori kognitif konsistensi dan kebanyakan ahli psikologi sosial secara umum berpendapat bahwa pada dasarnya manusia selalu mencari keseimbangan (konsistensi) dan sistem kognitif yang dimiliki manusia menjadi alat utama untuk mencapai keseimbangan ini. 

Seluruh teori konsistensi memiliki ide yang sama, yaitu bahwa manusia akan selalu merasa lebih nyaman dengan sesuatu yang tetap (konsisten) daripada hal-hal yang tidak tetap (inkonsisten), namun melalui teori disonansi kognitif yang dikemukakan Festinger ini manusia terbukti memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku yang tidak berkesesuaian dengan kognisi yang dimilikinya.

Dengan pendekatan teori Disonansi Kognitif ini, penulis melihat adanya hubungan antara ketidaksesuaian perilaku dan kognisi masyarakat dalam hal pemakaian kantong plastik dalam keseharian mereka. 

Pada level kognitif, masyarakat telah menyadari adanya dampak berbahaya dari pemakaian kantong plastik, namun berbagai alasan dan faktor lingkungan yang tidak banyak memberikan pilihan menjadikan kognisi yang dimiliki tidak dapat sepenuhnya teraplikasikan kedalam bentuk perilaku, yaitu mengurangi pemakaian kantong plastik.

Berbahayanya kaitan antara teori dan fenomena ketergantungan plastik ini adalah jika kemudian masyarakat mulai melihat adanya pembenaran dalam usaha mereka mengurangi perasaan disonansi terhadap ketidaksesuaian yang mereka sadari sebagai bentuk ketidakkonsistenan antara kognisi dan perilaku mereka.

Dengan adanya alasan atau pembenaran yang bisa jadi disepakati bersama-sama, sebuah perubahan yang baik sifatnya justru akan terhalang perwujudannya karena adanya pembelaan terhadap perilaku yang terang-terangan keliru. Jika hal tersebut terjadi, maka semakin sulit dan semakin jauh perubahan perilaku yang dalam hal ini adalah budaya hidup ramah lingkungan dapat tercapai di tanah air.

Kantong plastik yang dianggap sulit tergantikan fungsinya di masyarakat sebenarnya dapat disiasati dengan kesadaran untuk membawa kantong belanja berbahan kain yang dapat dipakai secara berulang kali. Namun sama halnya dengan kebijakan pemerintah, hal inipun seharusnya disosialisasikan secara luas dan terus menerus kepada masyarakat. Meski sulit tergantikan, setidaknya jumlah pemakaian kantong plastik dapat ditekan dengan berkurangnya pemakaian-pemakaian yang tidak perlu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun