Mohon tunggu...
YESRUN EKA SETYOBUDI
YESRUN EKA SETYOBUDI Mohon Tunggu... Conten writing I Freelancer

Yesrun Eka Setyobudi adalah seorang mahasiswa Pendidikan Sejarah di Universitas Jember yang dinamis, memadukan dunia akademis dengan hasratnya sebagai penulis lepas dan pekerja kreatif. Kepribadiannya yang proaktif dan berinisiatif tinggi tercermin dari rekam jejaknya yang mengesankan dalam memenangkan berbagai kompetisi menulis, mulai dari cerpen hingga karya tulis ilmiah. Ia adalah individu yang disiplin dan terorganisir, mampu beradaptasi antara tuntutan studi, pengalaman kerja di bidang F&B, dan keterlibatan aktif dalam berbagai organisasi dan kegiatan sukarelawan sejak di bangku sekolah. Aktivitas-aktivitas ini menunjukkan hobinya yang mendalam pada dunia tulis-menulis, riset, serta kontribusi sosial. Minatnya yang luas terwujud dalam topik konten favoritnya yang beragam, mencakup isu-isu ekonomi dan pembangunan nasional , inovasi teknologi dan lingkungan seperti dalam karyanya tentang pertanian pintar , hingga eksplorasi sosial-kebangsaan dan budaya lokal yang selaras dengan latar belakang pendidikannya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jaring Kehidupan di Lereng Kematian : Akar Bambu Sebagai Perisai Senyap Nusantara

2 Oktober 2025   09:24 Diperbarui: 2 Oktober 2025   09:24 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Akar bambu: perisai alami yang tahan longsor & selamatkan desa di lereng rawan bencana. (Freepik.com)

Secara finansial, berinvestasi pada jaring kehidupan ini jauh lebih cerdas daripada membangun perisai beton. Perhitungan Social Return on Investment (SROI) pada program konservasi bambu di NTT dan NTB menunjukkan bahwa setiap rupiah yang diinvestasikan memberikan nilai kembali yang lebih besar bagi masyarakat dan lingkungan. Biaya menanam dan merawat bambu jauh lebih rendah daripada biaya konstruksi dan pemeliharaan dinding penahan tanah. Terlebih lagi, perisai beton adalah aset yang terdepresiasi, sementara perisai bambu adalah aset yang terus tumbuh, meregenerasi diri, dan bahkan menghasilkan pendapatan. Ini adalah argumen kuat yang harus dipertimbangkan oleh para pembuat kebijakan dalam mengalokasikan anggaran mitigasi bencana. Pada akhirnya, di hadapan kekuatan alam yang dahsyat, solusi terbaik seringkali bukanlah melawannya dengan beton, melainkan bekerja bersamanya dengan kearifan. Jaring kehidupan yang ditenun oleh akar bambu adalah perwujudan dari kearifan tersebut. Ia adalah perisai senyap yang melindungi jutaan nyawa, sebuah infrastruktur hijau yang tumbuh, memperbaiki diri, dan memberikan manfaat ekonomi secara bersamaan. Sudah saatnya kita berhenti mengabaikannya. Dengan menjadikan bambu sebagai sekutu utama kita dalam menghadapi ancaman longsor, kita tidak hanya akan menyelamatkan nyawa dan harta benda, tetapi juga menenun kembali hubungan yang harmonis antara manusia dan alam di lereng-lereng nusantara.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun