Mohon tunggu...
Yesi Hendriani Supartoyo
Yesi Hendriani Supartoyo Mohon Tunggu... Peneliti

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

[Review] Inspirator Sejati Menularkan Ide dan Kreativitas untuk Indonesia Berdaya

7 Mei 2016   19:56 Diperbarui: 7 Mei 2016   20:06 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bertepatan dengan launching buku “Hidup yang Lebih Berarti: Sosok Inspiratif untuk Dayakan Indonesia” yang resmi diluncurkan pada bulan April 2016, maka bertepatan pula dengan momen purnabaktinya Ayah saya setelah 30 tahun pengabdian beliau sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Di ulang tahun beliau yang ke – 58, pria kelahiran Jepara 7 April 1958 ini memperoleh kado berharga yang merupakan pembuktian keparipurnaan beliau dalam mengemban amanah yang diberikan. Di mata saya dan keluarga, Ayah merupakan abdi Negara yang benar-benar berkomitmen melayani kepentingan umat.

dok: pribadi

Sebagaimana tokoh inspiratif seperti Pak Hanggono, Pak Suwono, Pak Munadji dan Pak Sunardi yang makin produktif pada masa pensiun. Maka, Ayah saya, Pak Supartoyo, juga bersetia pada kata hati untuk tetap bisa berbuat bagi masyarakat kendati beliau tidak lagi menjabat sebagai pejabat. Hidup beliau memang berarti ketika itu, tapi saat ini tentu hidup beliau MENJADI JAUH LEBIH BERARTI.

Jujur, saya yang ketakutan ketika Ayah memasuki masa pensiun. Bukan khawatir yang berlebihan, karena saya tahu persis karakter Ayah, beliau merupakan sosok pekerja keras yang sangat bertanggung jawab dan mampu memanajemen diri dengan baik. Pun, beliau yang menenangkan saya dan meyakinkan bahwa semuanya In Shaa Allah akan baik-baik saja. Satu yang terpenting dari semua ini ialah saya hanya ingin Ayah dan Ibu sehat selalu. Selama ini saya hanya sekedar tahu seperti apa kehidupan pejabat teras yang penuh dengan penghormatan, kedudukan, kekuasaan, status, penghargaan, merasa dibutuhkan, pendapatan dan jabatan. Kendati dulu saya sekilas pernah mendengar keinginan Ayah untuk pensiun dini, tapi saya rasa untuk meninggalkan dan menanggalkan atribut tersebut butuh proses yang melewati beberapa tahapan fase penyesuaian yang memerlukan pembiasaan diri. Tentu kekhawatiran ini terlepas dari status saya yang belum menyelesaikan perkuliahan sehingga masih menjadi “beban” bagi kedua orangtua, kendati sebenarnya juga berpengaruh.

Pensiun Bukan Akhir dari Segalanya, Tapi Permulaan

Pak Hanggono, pendiri Getuk Marem mengajarkan kita tentang pentingya inovasi dan keberanian membuat terobosan dalam menarik perhatian. Serta pentingnya bereksperimen dan berpikir out of the box agar tetap kreatif. Terlepas dari itu semua, faktor kenyamanan juga perlu diciptakan guna menjaga kesetiaan para pekerja. Inilah bukti pemberdayaan beliau. Kunci untuk tetap bisa terus mendayakan ialah dengan berani melangkah! “Banyak orang mengaku mau berusaha tetapi waktu ditunjukkan jalan keluar untuk maju, muncul banyak alasan. Tidak berani melangkah, dengan alasan belum ada pengalaman. Padahal, tujuannya melangkah biar ada pengalaman. Perjalanan memang pahit, tapi banyak orang merasa buntu di tahap itu dan tidak mencari jalan keluar”, kata beliau. Kalimat ini mulai sekarang saya pegang betul, karena saya yakin kedepan tantangan kita ialah kemauan untuk menepis segala ketakutan dan kemalasan serta kebiasaan mencari alasan.

Sumber: Youtube aris handriyanto

Tokoh inspirator berikutnya ialah Pak Suwono, beliau merupakan pelopor tanaman dan saprodi organik. Siap mental ala Pak Suwono patut ditiru. Beliau mempersiapkan diri dengan memupuk kreativitas. Pada akhirnya pensiun memang benar menjadi momen kebanggaan. Rumusnya sederhana, yaitu belajar menjaga pola hidup sehat dan terus berkreativitas. Kepiawaian beliau menyulap limbah menjadi berkah, ibarat masalah yang diatasi tanpa menimbulkan masalah. Pemberdayaan yang beliau lakukan menjadi contoh bagi para petani lainnya untuk tetap berfokus pada pertanian yang ramah lingkungan.

Sosok purnabakti selanjutnya ialah Pak Munadji, pelopor pemberdayaan petani yang sangat menginspirasi melalui kearifan lokal. Membaca kisahnya seakan menyentil saya sebagai lulusan Sarjana Pertanian, tapi belum berbuat banyak untuk pertanian Indonesia. Saya belajar dari Pak Munadji khususnya tentang ilmu baru yaitu pranata mangsa yang merupakan kearifan lokal  dari ilmu meteorologi Jawa Kuno. Ilmu ini merupakan modal beliau untuk melakukan pemberdayaan sehingga semakin banyak orang yang tahu dan paham bagaimana cara meminimalisir kendala yang dihadapi. Pak Munadji membuktikan bahwa masa purnabakti merupakan babak kedua dalam menapaki masa kerja.

Selanjutnya, ada Pak Sunardi, beliau merupakan pembelajar sejati. Di usia yang tidak muda lagi, beliau tidak jemu membekali diri dengan mengikuti pelbagai pelatihan. Semangat belajarnya patut ditiru. Ilmu, Modal, Keberanian dan Doa adalah kunci rahasianya. Pintar melihat peluang dan memanfaatkan kesempatan tersebut merupakan ciri wirausahawan sejati. Pemberdayaan yang beliau lakukan melalui keterlibatan komunitas dan masyarakat sekitar semakin mengangkat pamor usaha beliau dan memudahkan rezeki orang lain.

Berbagi itu Indah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun