Mohon tunggu...
Yeremias Nino
Yeremias Nino Mohon Tunggu... Mahasiswa - Musafir

Cogito Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Relasi Cinta dalam Kehidupan Keluarga

9 Februari 2021   11:50 Diperbarui: 9 Februari 2021   12:13 1104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

RELASI CINTA DALAM KEHIDUPAN KELUARGA

(PERSPEKTIF ARMADA RIYANTO)

 

Abstrak

Fokus penulis dalam paper ini ialah akan mengulas tentang relasi cinta dalam kehidupan keluarga menurut perspektif Armada Riyanto. Memahami relasi cinta dalam kehidupan keluarga sangatlah penting. Karena dasar untuk membangun sebuah kehidupan keluarga harus didasarkan pada relasi cinta yang baik. Pemahaman ini menjadi finalitas dalam membangun kehidupan keluarga. Untuk mencapai pemahaman ini, manusia tidak perlu pergi jauh-jauh mencari arti relasi cinta. Karena pemahaman yang sejati tidak jauh dari diri manusia. Namun, yang menjadi problemnya adalah tidak semua manusia mampu memahami cinta dalam kehidupan keluarga. Bertitik tolak dari problem ini, penulis ingin mengafirmasikan bahwa cinta yang sejati terletak pada relasi. Kehidupan keluarga yang bertahan dengan pernikahan karena mereka mampu memahami substansi kehidupan keluarga. Metodologi yang digunakan dalam tulisan ini bersumber pada buku relasionalitas, menjadi mencintai dan beberapa sumber lain. Dalam paper ini penulis sampai pada temuan bahwa memahami cinta dalam kehidupan keluarga sangat penting karena kehidupan keluarga dibangun atas dasar relasi.

Kata kunci: Relasi, Cinta, Keluarga, Allah, Manusia

  • Pengantar

Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang perlu relasi dan cinta dalam menjalani hidupnya. Hidup tanpa relasi dan cinta sama dengan rasa dahaga. Tidak ada yang memberikan suatu makna bagi hidup manusia kecuali cinta dan relasi.  Relasi dan cinta memiliki makna yang luas dalam hidup manusia. Rasa saling mencintai merupakan hal yang esensial dalam kehidupan keluarga. Hidup manusia hanya sementara, akan lebih indah bila di dalamnya ada relasi dan cinta. Kehidupan manusia yang hidup dilandasi dengan relasi dan cinta, akan tercipta sebuah kehidupan keluarga yang harmonis. Mengapa? Karena relasi yang baik sulit didapatkan. Hal ini dikarenakan manusia kurang memahami substansi relasi cinta dalam kehidupan keluarga. Eksistensi manusia di dunia pertama-tema untuk membangun sebuah keluarga lewat relasi dan cinta. Relasi dan cinta merupakan hal yang esensial dalam membentuk sebuah keluarga. Atas dasar ini maka, dalam paper ini penulis akan membahas mengenai relasi cinta dalam kehidupan keluarga menurut perspektif Armada Riyanto. Penulis ingin mengulas tema ini karena penulis melihat bahwa dewasa ini kehidupan keluarga banyak yang mengalami perceraian atau lebih real kurang mengalami kebahagiaan dalam kehidupan keluarga. Pada hal kita tahu bahwa tujuan manusia membentuk kehidupan keluarga adalah untuk saling berelasi dan saling mencintai satu sama lain. Namun hal ini tidak demikian. Indikasi ini menunjukkan bahwa kehidupan keluarga dewasa ini kurang melandaskan relasi cinta dalam kehidupan keluarga yang baik.

II. PEMBAHASAN

  • Apa itu relasi?

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang berelasi. Manusia membangun relasi pertama-tama dengan Allah. Karena ketika Allah menciptakan Adam belum ada manusia yang lain. Maka sudah pasti bahwa manusia pertama hanya berelasi dengan Tuhan.  Namun yang berinisiatif untuk membangun relasi adalah Allah sendiri. Allah berinisiatif menciptakan relasi dengan manusia karena Allah ingin manusia tetap berada dalam lindungan-Nya. Dalam kehidupan keluarga relasi itu sangat penting. Relasi itu penting karena merupakan jembatan untuk menyatukan manusia dalam satu keluarga. Dewasa ini banyak kehidupan keluarga mengalami krisis kebahagiaan. Krisis ini terjadi karena mereka kurang menciptakan relasi yang baik dalam kehidupan keluarga. Pada hal Allah memberikan potensi yang sungguh luar biasa kepada manusia. Tetapi manusia kurang menggunakan pontesi itu dengan bijaksana. Dalam hal mereka tidak menciptakan relasi dengan Allah yang begitu mendalam. Hal ini mengindikasikan bahwa manusia hanya mengandalkan egonya sendiri. Maka tidak mengherankan kalau kehidupan keluarga di zaman sekarang banyak mengalami krisis kebahagiaan. Penyebab utamanya adalah manusia tidak menciptakan relasi yang bijaksana dalam kehidupan keluarga.       

"Aku" berelasi, berkomunikasi. Jika kita kembali ke Adam, kita memiliki imajinasi demikian. Ketika untuk pertamanya kali Adam hadir, ia sendirian. Kesendirian mengatakan bahwa Adam beraktivitas namun belum berelasi. Ia harus kita katakana "belum berelasi" karena ciptaan lain tidak memiliki kesadaran mengenai "ke-Aku-annya". Ketika itu, ketika hanya Adam yang memiliki "Aku", ia adalah ciptaan yang dapat berelasi dengan pribadi lain yang lebih besar darinya, yang adalah sang "Aku". Pribadi yang lebih besar dari Adam dan yang mengatasi segala kehadiran ciptaan lain itulah Allah[1].   

 

Armada Riyanto mengemukakan bahwa pada umumnya manusia adalah makhluk yang berelasi dan berkomunikasi. Ia menjelaskan dengan sangat baik bahwa kehidupan manusia pertama belum berelasi atau berkomunikasi dengan sesama karena waktu itu Allah baru menciptakan Adam sendiri. Maka sudah pasti bahwa Adam belum bisa berelasi dengan sesama, kecuali dengan pribadi lain dalam hal ini berelasi dengan Allah. Tetapi relasi dan komunikasi ini bukan inisiatif dari Adam melainkan inisiatif dari Allah sendiri. Allah ingin menciptakan hubungan yang mesra dengan manusia. Komunikasi antara Adam merupakan satu contoh dalam kehidupan keluarga. Allah telah memperlihatkan kepada manusia bahwa keutuhan dalam kehidupan keluarga terletak pada relasi atau komunikasi. Tanpa relasi, kehidupan keluarga tidak akan bermakna apa-apa. Akhir-akhir ini kita melihat dan mendengar bahwa peceraian terjadi di mana-mana. Bila kita menelusuri fenomena ini secara mendalam, kita akan menemukan bahwa perceraian ini terjadi karena kurang adanya relasi yang mendalam dalam keluarga. Ini adalah realitas yang tengah terjadi di zaman sekarang. Armada Riyanto ingin mengafirmasikan bahwa dalam kehidupan keluarga relasi itu menjadi unsur penting. Menjadi unsur penting karena relasi itu menjadi fondasi utama dalam membangun sebuah keluarga. 

 

  • Bentuk-bentuk relasi dalam kehidupan keluarga

 

Dalam kehidupan keluarga tidak akan terlepas dari yang namanya konflik. Konflik ini terjadi karena keluarga tidak mampu menerapkan metode relasi dengan baik. Metode relasi yang baik adalah metode pendekatan. Metode ini mengandaikan bahwa bila manusia mengimplementasikan dengan baik maka manusia akan mengalami kebahagiaan yang luar biasa. Menurut penulis dalam kehidupan keluarga ada tiga bentuk relasi antara lain:

 

2.2.1 Relasi suami-isteri  

 

Relasi yang ideal antara suami dan isteri dalam kehidupan keluarga pada dasarnya didasarkan pada sebuah prinsip yakni pergaulan suami isteri yang baik[2]. Prinsip ini bertujuan untuk mewujudkan substansi dalam kehidupan keluarga. Pada hakikatnya suami isteri bertanggung jawab penuh untuk kebutuhan dalam rumah tangga. Peran suami isteri memang berbeda-beda tetapi memiliki tujuan yang sama yakni mewujudkan kebahagian dalam kehidupan keluarga. Untuk mewujudkan hal ini suami isteri harus membangun relasi yang baik. Membangun relasi yang baik adalah dengan cara saling berkomunikasi dan saling mendengarkan. Bila hal terwujud maka kehidupan keluarga akan terdapat sukacita dan damai. Tanggung jawab dan peran suami isteri dalam membangun relasi itu sangat penting karena kebahagiaan dalam kehidupan keluarga terletak pada relasi suami isteri.  

 

2.2.2. Relasi orang tua dan anak  

 

Keluarga merupakan lingkungan yang terdekat dengan anak. Orang tua memiliki peran dan fungsi yang besar dalam mendukung perkembangan anak secara optimal[3]. Anak akan mengalami perkembang yang pesat jika orang tua memperhatikan anak dengan baik. perhatian yang baik itu terletak pada relasi. Jika relasi antara orang tua dan anak tidak jalan maka sudah pasti orang tua dan akan berjalan sendiri-sendiri. Peran orang tua dalam membangun relasi dengan anak sangat penting. Karena orang tua akan mampu mahami keadaan anaknya hanya lewat komunikasi. Komunikasi antara orang tua dan anak merupakan tanggung jawab orang tua. Seorang anak akan mengalami suka cita dan kedamaian dalam keluarga bila orang tua punya perhatiaan yang lebih terhadap anak. Julius Caesar pernah mengucapkan kata yang terkenal vis pacem para bellum (jika kamu menginginkan damai, bersiap-siaplah perang). Kalimat ini menjadi pedoman dunia politik dari zaman ke zaman. Damai mengandaikan perang. Mengalahkan lawan adalah awal dari damai. Kekuatan fisik dengan alat perang canggih adalah introduksi penggapaian damai[4]. 

 

 Dalam kehidupan keluarga pasti membutuhkan kedamaian. Kedamaian itu akan dicapai jika ada pengorbanan. Julius Caeser menggambarkan dengan sangat spesifik bahwa jika kamu menginginkan damai, bersiap-siaplah perang. Ini adalah satu penegasan kepada manusia bahwa bila manusia ingin mengapai kedamaian dalam kehidup keluarga, bersiap-siaplah untuk menghadapi berbabagia macam persoalan. Namun dalam realitanya manusia kurang mendengarkan hal ini. Maka tidak mengherankan banyak keluarga hidup dalam penderitaan.

 

2.2.3 Makna relasi dalam kehidupan keluarga

 

Manusia tidak bebas dalam segala hal untuk menentukan makna hidupnya[5]. Ada banyak cara dan hubungan yang turut menentukan makna dalam kehidupan keluarga. Paling kurang ada empat relasi penting yang sangat menentukan makna relasi dalam kehidupan keluarga yaitu: Relasi suami-isteri, relasi orang tua dengan anak, relasi dengan sesama dan relasi dengan dunia lingkungan. Sejak mengawali hidup, manusia sudah membutuhkan orang lain yaitu ayah dan ibu. Selain kehadiran ayah dan ibu, manusia juga membutuhkan saudara, teman, ibu guru, dokter dan lain sebagainya. Kehadiran mereka akan memberikan makna hidup. Mengapa? Karena dalam perjumpaan ini terjadi sebuah relasi yang mendalam. Makna relasi dalam kehidupan keluarga terletak pada empat relasi tersebut. Keempat relasi tersebut memiliki peran yang berbeda-beda tetapi mempunyai satu tujuan yakni menyatukan manusia dalam satu ikatan keluarga   

 

Bagi Levinas, "Orang lain bukan pertama-tama sebuah objek pemahaman dan lantas menjadi lawan bicara. Kedua relasi disatukan. Dengan kata lain, berbicara dengan orang lain tidak dapat dipisahkan dari pengertian akan orang lain." Levinas melihat bahwa the absolute other adalah Other. Other ketika bersama dengan "aku" bukan perkara jumlah, begitu pula ketika aku menyebut "kamu" atau "kita". Bukan kepemilikan, bukan kesatuan dalam kelompok, bukan pula kesatuan konsep yang menghubungkan "aku" dengan "orang lain"[6].  

 

 Pernyataan ini ingin mengafirmasikan bahwa kehidupan manusia itu membutuhkan orang lain. Manusia membutuhkan orang lain untuk saling berkomunikasi. Dalam kehidupan keluarga, kehadiran orang tua dan anak merupakan satu kesatuan yang integral. Di mana orang tua dan anak saling membutuhkan satu sama lain. Makna relasi dalam kehidupan keluarga terletak pada orang tua, anak dan sesama. Relasi itu terjadi karena ada orang lain. Namun dalam kehidupan keluarga di zaman sekarang mereka kurang menyadari hal-hal ini. Ini adalah fenomena-fenomena yang terjadi dalam hidup keluarga. Boleh dikatakan bahwa banyak kehidupan kehidupan keluarga  di zaman sekarang kurang menemukan makna relasi yang mendalam. Salah satu indikasinya adalah banyak perceraian terjadi di mana-mana. Ploblem yang esensial adalah kurang memaknai relasi dengan baik. Armada Riyanto ingin mengafirmasikan bahwa eksistensi relasi itu merupakan jembatang untuk menyatukan suami dan isteri sebagai satu keluarga.  

 

  • Apa itu cinta?
  •  

  •  
  • Cinta adalah itu yang dirindukan semua orang. Segala manusia merindukannya, mengharapkannya, jatuh bangun mewujudkan dan menghidupinya. "Segala manusia" tidak ada yang dikecualikan, dari zaman kapan pun cinta adalah kerinduan manusia. Cinta itu identik dengan kehidupan itu sendiri. Semua yang memandangnya bangkit dari keterpurukan. Semua yang memeluknya seolah menyeberangi kematian kepada kehidupan[7].

 

Armada Riyanto dalam tulisan di atas menggambarkan dengan sangat spesifik bahwa pada hakikatnya semua manusia memiliki satu kerinduan dan harapan untuk dicintai. Ini adalah kerinduan manusia dari waktu ke waktu. Mengapa? Karena cinta itu merupakan kebahagiaan sejati dalam diri manusia. Manusia akan mengalami kebahagiaan jika ada relasi dan cinta. Relasi dan cinta merupakan fondasi utama dalam membangun sebuah keluarga. Kehidupan keluarga yang tidak melandaskan kedua hal ini tidak akan mengalami kebahagiaan sejati. kebahagiaan sejati itu terletak pada cinta dan relasi.

 

Dewasa ini banyak kehidupan keluarga mengalami krisis relasi dan cinta. Krisis itu mengakibatkan banyak keluarga yang bercerai atau putus hubungan untuk selama-lamanya. Faktor utama yang mempengaruhi hal ini adalah karena banyak keluarga hidupanya kurang melandaskan relasi dan cinta dalam kehidupan keluarga. Pada hal dalam kehidupan keluarga relasi dan cinta itu merupakan hal yang paling esensial. Ini adalah suatu fenomena yang terjadi di zaman sekarang.  Kerinduaan dan harapan manusia untuk dicintai akan terwujud jika manusia melandaskan relasi dan cinta. Mengapa? Karena relasi dan cinta itu merupakan satu unsur yang tidak terpisahkan dalam membangun sebuah kehidupan keluarga. Kehidupan keluarga dikatakan bahagia karena mereka melandaskan relasi dan cinta. Eksistensi relasi dan cinta dalam diri manusia mengindikasi bahwa manusia itu sungguh mengalami kebahagiaan dalam dirinya.

 

Plato merefleksikan cinta secara lebih halus. Orang yang mencintai adalah orang yang menyatukan diri. Cinta itu energi yang menyatukan. Karena cinta jiwa mencari pasangannya (soul mate). Lukisan Platonia adalah demikian, bila orang jatuh cinta, keinginannya yang terdalam adalah penyatuan jiwa[8].     

 

Plato melihat cinta itu sebagai suatu penyatuan diri. Penyatuan diri yang dimaksudkan di sini adalah penyatuan dengan jiwa manusia. Plato menggambarkan dengan sangat baik bahwa bila orang jatuh cinta keinginan yang terdalam adalah penyatuan jiwa. Penyatuan ini akan terealisasi jika ada relasi dan cinta yang mendalam. Relas dan cinta itu adalah jembatan untuk menyatukan manusia dalam kehidupan berkeluarga. Gambaran ini mengindikasikan dengan sangat jelas bahwa dewasa ini banyak kehidupan keluarga retak karena kurang adanya penyatuan jiwa dalam relasi dan cinta. Kita tahu bahwa kualitas cinta itu akan terukur jika ada penyatuan jiwa yang mendalam.  Kehidupan keluarga di zaman sekarang kurang menyadari hal ini. Mereka kurang menyadari hal ini karena mereka tidak memahami substansi kehidupan keluarga. Pada hal substansi dalam kehidupan keluarga adalah penyatuan diri. Penyatuan ini mengindikasikan bahwa manusia akan mampu menciptakan relasi yang baik dalam kehidupan keluarga. Namun realitasnya tidak demikian. Realitas yang terjadi adalah banyak kehidupan keluarga yang retak atau bercerai. Penyebab utama adalah karena manusia kurang mengakarkan diri dalam kesatuan.  

 

Santo Paulus berbicara sangat menarik tentang cinta. Jika tanpa cinta, aku bukan apa-apa. Tanpa cinta, aku bagai gong yang gemerincing, tiada bermakna apa-apa. Bagi paulus, cinta adalah Tuhansendiri. Dialah Sang cinta yang dari-Nya dan oleh-Nya Paulus mendapatkan segala hidupanya. Tanpa cinta berarti tanpa Tuhan. Tidak mencintai sama dengan menyangkal Tuhan. cinta adalah segalanya dan semuanya. Tanpa cinta hidup tidak bermakna dan kematian menjadi sebuah kegelapan. Memeluk cinta berarti bangkit dari kegelapan untuk meraih terang kehidupan. Dalam Paulus cinta tidak dipahami lain kecuali Tuhan[9]. 

 

Paulus mengemukakan bahwa hidup tanpa cinta bukan apa-apa. Paulus ingin menunjukkan bahwa hidup manusia akan lebih bermakna jika dilandaskan pada cinta. Karena bagi Paulus hidup tanpa cinta manusia tidak ada apa-apa.  Paulus melihat bahwa cinta hanya ada dalam Tuhan. Maka Paulus mengatakan bahwa cinta adalah Tuhan sendiri. Paulus memberikan satu perspektif yang menarik bahwa cinta itu berasal dari Tuhan. Di sini Paulus ingin menegaskan bahwa bila manusia ingin bertumbuh dan berkembang dalam kehiduapan keluarga maka manusia harus mengandalkan menyatukan cinta dalamTuhan. Karena tanpa Tuhan kehidupan manusia tidak bermakna dan tidak ada apa-apa. Paulus selalu mengandalkan Tuhan karena ia percaya bahwa cinta Tuhan itu luar biasa. Cinta itu ia alami dalam kehidupan keluarga dalam hal ini keluarga seiman. Gambaran Paulus ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia atau keluarga di zaman kurang mengakarkan diri pada Tuhan. Pada hal kita tahu bahwa cinta itu berasal dari Tuhan sendiri. Tanpa Tuhan manusia tidak akan mengalami cinta. Paulus ingin mengafirmasikan kembali bahwa jika manusia ingin bertumbuh dan berkembang dalam kehidupan keluarga maka manusia harus mengandalkan Tuhan. Karena Tuhan adalah sumber cinta.         

 

  • Bentuk-bentuk cinta

 

Cinta mempunyai banyak jenis. Beragam bentuk cinta tumbuh dari cinta dasar. Cinta yang lebih tinggi adalah cinta keluarga. Orang yang mempunyai kemampuan untuk mencintai akan mewujudkan cintanya dengan semua orang. Manusia akan mampu sampai taraf ini jika ia mempunyai pandangan yang luas tentang cinta. Cinta yang sejati adalah cinta yang rela berkorban dan tidak memandang bulu. Kehidupan keluarga akan mengalami kedamiaan dan sukacita, jika mereka memaknai cinta dengan baik dan benar. Kurang lebih ada tiga jenis cinta yaitu:

 

    2.3.2 Cinta erotik 

 

Cinta erotik adalah cinta yang menyalurkan energinya dalam bentuk hubungan seksual. Bentuk cinta ini hanya ingin memuaskan nafsu berahi. Banyak kehidupan keluarga terpecah atau bercerai karena mereka kurang memaknai cinta dengan baik. Orang yang mampu memaknai cinta dengan baik akan hidup rukun dan damai. Dewasa ini banyak kehidupan keluarga yang bercerai. Penyebab utama adalah karena manusia hanya memandang cinta sebatas seks. Sedangkan cinta yang sejati adalah mengasihi sesama dan menerima sesama dengan apa adanya.

 

Cinta itu bagai magnet, karena mencintai itu menarik, memikat. Cinta tidak pernah menjadi sebuah "tontonan" di mana penontonnya berada dalam zona "netral". Cinta itu membuat siapa pun yang tidak melakukan kebaikan yang sama akan merasa bersalah. Tidak ada cinta yang seolah siapa pun boleh melakukannya atau boleh juga tidak. Cinta adalah realitas yang -- setelah kita melihat dan menyadarinya-kita harus merealisasikannya[10].  

 

Armada Riyanto dalam tulisan di atas menggambarkan dengan sangat jelas bahwa cinta itu seperti mangnet yang menarik dan memikat. Cinta yang menarik dan memikat merupakan satu realitas yang terjadi di dunia ini. Karena cinta itu menarik dan memikat maka banyak orang yang merasa tertarik dan ingin dicintai. Dalam kehidupan keluarga akan terasa damai dan makmur jika mereka mampu merealisasikan cinta itu pada sasaran. Dewasa ini, banyak keluarga tidak mampu menerapkan cinta dengan baik dalam kehidupan keluarga. Mereka hanya ingin memuaskan keinginan dengan kenikmatan yang hanya bersifat sementara. Sementara hal yang bersifat permanen mereka kurang perhatikan. Transendensi cinta yang paling hebat ada dalam ungkapan Kristus: Tidak ada cinta yang lebih besar dari pada dia yang memberikan nyawanya bagi para sahabatnya[11].  Ungkapan ini menunjukkan bahwa cinta yang sejati adalah terletak pada Tuhan. Orang yang mencintai pasangan hidupnya akan berjuang dan rela berkorban untuk memenuhi segala kebutuhan pasangannya. Itulah makna cinta yang sejati dalam kehidupan keluarga.

 

2.3.3 Cinta altruistik

 

Cinta altruisitik adalah satu bantuk cinta yang tidak mementingkan keinginan diri sendiri. Contohnya rela berkorban dan meluangkan waktu untuk membantu sesama yang membutuhkan bantuan. Dalam kehidupan keluarga bentuk cinta ini sangat dibutuhkan. Cinta ini sangat dibutuhkan karena dalam kehidupan berkeluarga bukan hanya satu orang tetapi hidup dengan orang lain. Hidup dengan orang lain berarti harus saling mendengarkan dan tidak mementingkan ego sendiri. Kehidupan keluarga akan mengalami damai dan sukacita jika ada unsur kerendahan hati atau saling mendengarkan satu dengan yang lain. Cinta adalah tindakan memberi untuk sahabat. Artinya cinta itu identik dengan persahabatan. Apa pun yang kita namakan sahabat adalah orang yang kita cintai dan sebaliknya. Cinta pada dasarnya adalah saling memberi. Memberi yang dimaksudkan di sini adalah memberi diri kepada sesama. Dalam kehidupan keluarga, memberi diri itu sangat penting karena dalam kehidupan keluarga sudah menjadi satu. Artinya tidak ada kata lain selain menyatu dalam satu keluarga.

 

  • 2.4 Makna cinta dalam kehidupan keluarga    

 

Dalam kehidupan keluarga tidak akan terlepas dari yang namanya konflik dan perselisihan dengan sesama. Konflik-konflik ini terkadang memberikan indikasi yang tidak baik dalam kehidupan berkeluarga. Kita tahu bahwa tujuan dalam membentuk kehidupan keluarga adalah untuk menciptakan damai dan sukacita. Namun realitanya tidak demikian. Dewasa ini kita mendengar dan melihat bahwa konflik di dalam keluarga sangat kompleks. Fenomena ini menunjukkan bahwa kehidupan keluarga di zaman sekarang kurang memahami makna cinta denga baik. kita bisa katakana bahwa makna cinta itu terletak dalam pengalaman-pengalaman yang kurang menyenangkan. Dari pengalaman-pengalaman itu setiap anggota keluarga akan mengambil makna dalam hidup mereka.

 

Ubi caritas, Deus ibi est. Di mana ada Cinta, di situ Tuhan ada. Kebenaran dari frase ini nyata dalam hidup keseharian manusia. Tanda nyata Tuhan hadir bukanlah kehebatan, bukan dalam peristiwa besar, bukan pula dalam kegaiban. Tanda nyata itu ialah cinta satu sama lain antar manusia[12].   

 

Armada Riyanto mengafirmasikan bahwa makna cinta itu hadir dalam kehidupan manusia setiap hari. Indikasi bahwa cinta itu hadir dalam diri manusia dibuktikan dengan hal yang sederhana yakni saling mengasihi. Ini adalah cinta yang nyata dalam diri manusia. Hanya dalam kehidupan manusia terkadang manusia kurang menyadari hal ini. Banyak kehidupan keluarga yang retak karena mereka kurang memahami makna cinta yang sesunggunya 

 

  • Kesimpulan

 

Kehidupan dalam keluarga akan membuahkan suatu kebahagian jika melandaskan relasi dan cinta yang mendalam. Eksistensi kehidupan keluarga terletak dalam relasi dan cinta. Relasi dan cinta merupakan jembatan untuk menyatukan manusia sebagai satu keluarga. Kehidupan keluarga di zaman sekarang banyak yang mengalami konflik yang kompleks. Faktor penyebab utama adalah karena mereka kurang melandaskan relasi dan cinta yang mendalam dalam keluarga. Kehidupan keluarga akan mengalami kedamaian dan sukacita jika mereka mampu menciptakan relasi dan cinta dengan baik. Menciptakan relasi dan cinta yang baik itu terletak pada manusia. Manusia yang bisa menciptakan kedamian dalam kehidupan keluarga. Relasi itu akan mempunyai daya atau potensi jika manusia merealisasikan dengan baik dan tepat pada sasaran. 

 

 

Daftar Pustaka

 

 

Riyanto, Armada. Menjadi Mencintai. Yogyakarta: Jakarta, 2013.

 

______________. Aku dan Liyan. Malang: STFT Widya Sanana, 2011.

 

______________. Relasionalitas. Yogyakarta: Kanisius, 2018.

 

Lalu, Yosef. Manusia Menggumuli Makna Hidupnya. Yogyakarta: Kanisius, 2010.

 

https://asumsi.co/post/semua-tentang-cinta. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2020, 10.30.

 

https://asumsi.co/post/semua-tentang-cinta. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2020, 11.15.

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun