Mohon tunggu...
Yeremias Nino
Yeremias Nino Mohon Tunggu... Mahasiswa - Musafir

Cogito Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Relasi Cinta dalam Kehidupan Keluarga

9 Februari 2021   11:50 Diperbarui: 9 Februari 2021   12:13 1104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 

  • Apa itu cinta?
  •  

  •  
  • Cinta adalah itu yang dirindukan semua orang. Segala manusia merindukannya, mengharapkannya, jatuh bangun mewujudkan dan menghidupinya. "Segala manusia" tidak ada yang dikecualikan, dari zaman kapan pun cinta adalah kerinduan manusia. Cinta itu identik dengan kehidupan itu sendiri. Semua yang memandangnya bangkit dari keterpurukan. Semua yang memeluknya seolah menyeberangi kematian kepada kehidupan[7].

 

Armada Riyanto dalam tulisan di atas menggambarkan dengan sangat spesifik bahwa pada hakikatnya semua manusia memiliki satu kerinduan dan harapan untuk dicintai. Ini adalah kerinduan manusia dari waktu ke waktu. Mengapa? Karena cinta itu merupakan kebahagiaan sejati dalam diri manusia. Manusia akan mengalami kebahagiaan jika ada relasi dan cinta. Relasi dan cinta merupakan fondasi utama dalam membangun sebuah keluarga. Kehidupan keluarga yang tidak melandaskan kedua hal ini tidak akan mengalami kebahagiaan sejati. kebahagiaan sejati itu terletak pada cinta dan relasi.

 

Dewasa ini banyak kehidupan keluarga mengalami krisis relasi dan cinta. Krisis itu mengakibatkan banyak keluarga yang bercerai atau putus hubungan untuk selama-lamanya. Faktor utama yang mempengaruhi hal ini adalah karena banyak keluarga hidupanya kurang melandaskan relasi dan cinta dalam kehidupan keluarga. Pada hal dalam kehidupan keluarga relasi dan cinta itu merupakan hal yang paling esensial. Ini adalah suatu fenomena yang terjadi di zaman sekarang.  Kerinduaan dan harapan manusia untuk dicintai akan terwujud jika manusia melandaskan relasi dan cinta. Mengapa? Karena relasi dan cinta itu merupakan satu unsur yang tidak terpisahkan dalam membangun sebuah kehidupan keluarga. Kehidupan keluarga dikatakan bahagia karena mereka melandaskan relasi dan cinta. Eksistensi relasi dan cinta dalam diri manusia mengindikasi bahwa manusia itu sungguh mengalami kebahagiaan dalam dirinya.

 

Plato merefleksikan cinta secara lebih halus. Orang yang mencintai adalah orang yang menyatukan diri. Cinta itu energi yang menyatukan. Karena cinta jiwa mencari pasangannya (soul mate). Lukisan Platonia adalah demikian, bila orang jatuh cinta, keinginannya yang terdalam adalah penyatuan jiwa[8].     

 

Plato melihat cinta itu sebagai suatu penyatuan diri. Penyatuan diri yang dimaksudkan di sini adalah penyatuan dengan jiwa manusia. Plato menggambarkan dengan sangat baik bahwa bila orang jatuh cinta keinginan yang terdalam adalah penyatuan jiwa. Penyatuan ini akan terealisasi jika ada relasi dan cinta yang mendalam. Relas dan cinta itu adalah jembatan untuk menyatukan manusia dalam kehidupan berkeluarga. Gambaran ini mengindikasikan dengan sangat jelas bahwa dewasa ini banyak kehidupan keluarga retak karena kurang adanya penyatuan jiwa dalam relasi dan cinta. Kita tahu bahwa kualitas cinta itu akan terukur jika ada penyatuan jiwa yang mendalam.  Kehidupan keluarga di zaman sekarang kurang menyadari hal ini. Mereka kurang menyadari hal ini karena mereka tidak memahami substansi kehidupan keluarga. Pada hal substansi dalam kehidupan keluarga adalah penyatuan diri. Penyatuan ini mengindikasikan bahwa manusia akan mampu menciptakan relasi yang baik dalam kehidupan keluarga. Namun realitasnya tidak demikian. Realitas yang terjadi adalah banyak kehidupan keluarga yang retak atau bercerai. Penyebab utama adalah karena manusia kurang mengakarkan diri dalam kesatuan.  

 

Santo Paulus berbicara sangat menarik tentang cinta. Jika tanpa cinta, aku bukan apa-apa. Tanpa cinta, aku bagai gong yang gemerincing, tiada bermakna apa-apa. Bagi paulus, cinta adalah Tuhansendiri. Dialah Sang cinta yang dari-Nya dan oleh-Nya Paulus mendapatkan segala hidupanya. Tanpa cinta berarti tanpa Tuhan. Tidak mencintai sama dengan menyangkal Tuhan. cinta adalah segalanya dan semuanya. Tanpa cinta hidup tidak bermakna dan kematian menjadi sebuah kegelapan. Memeluk cinta berarti bangkit dari kegelapan untuk meraih terang kehidupan. Dalam Paulus cinta tidak dipahami lain kecuali Tuhan[9]. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun