(Christ as the Figure of Liberator)
Oleh: Yanius Tipagau
Kebebasan (liberty) merupakan kerinduan esensial bagi segala ciptaan di muka bumi. Roma 8:21 menegaskan tentang "pembebasan ciptaan". Manusia membutuhkan kebebasan dari keterikatan dosa, binatang membutuhkan kebebasan dari perlakuan manusia yang tidak adil, dan alam membutuhkan kebebasan dari tindakan manusia yang merusak: eksploitasi, pembabatan hutan, serta penggunaan teknologi yang hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan manusia.
Kristus hadir sebagai figur pembebas bagi segala ciptaan yang terbelenggu dosa. Ia menjadi teladan bagi manusia agar tidak jatuh pada perilaku yang destruktif, serta menjadi contoh bagi mereka yang belum sadar akan pentingnya memperjuangkan nilai-nilai keadilan. Kedatangan Kristus bertujuan untuk meruntuhkan rantai dosa dan kejahatan, baik terhadap sesama manusia maupun terhadap ciptaan lain di jagat raya. Namun, manusia sering kali tidak memahami arti dosa. Padahal, dosa adalah kejahatan yang bersumber dari ketidakadilan.
Di tanah Papua, tingkat kejahatan semakin meningkat: perampasan tanah adat, eksploitasi sumber daya alam, konflik bersenjata yang mengakibatkan genosida, pencemaran limbah perusahaan yang membunuh habitat, hingga pemenjaraan terhadap mereka yang menuntut keadilan.
Kerinduan terdalam orang Papua, serta seluruh ciptaan di tanah Papua, adalah keadilan. Mereka sering tidak dianggap sebagai manusia ciptaan Allah yang berhak atas kebebasan dari segala bentuk penindasan yang dibangun demi kepentingan individu maupun kelompok oligarki di Indonesia. Orang Papua percaya bahwa Kristus adalah Tuhan yang membebaskan mereka dari segala belenggu. Karena itu, mereka merindukan keadilan---sebab hanya melalui keadilanlah kebebasan sejati dapat tercipta.
Dosa, Kejahatan, dan Keadilan
Dosa, kejahatan, dan keadilan memiliki keterkaitan yang erat. Dosa lahir dari tindakan kejahatan atau ketidakadilan. Kejahatan terjadi karena manusia mengabaikan nilai-nilai keselamatan dan keselarasan hidup antara sesama manusia, alam, dan Sang Pencipta. Dosa juga muncul akibat ketidaktaatan pada nilai-nilai kehidupan. Dalam hal ini, keadilan adalah antonim dari kejahatan.
Sumber dari dosa dan kejahatan adalah iblis (the mother of evil and sin is the devil). Iblis menggoda manusia melalui dorongan emosional dan temperamen negatif yang menjerumuskan pada kejahatan, yang akhirnya melahirkan dosa. Maka, dosa dapat dipahami sebagai tindakan ketidakadilan manusia.
Kedatangan Kristus adalah untuk menegakkan keadilan bagi segala ciptaan yang terbelenggu oleh dosa dan tertindas oleh kejahatan. Kebencian terhadap sikap adil inilah yang membuat Kristus menderita hingga wafat di kayu salib. Sikap Kristus memberikan teladan yang mendalam bagi manusia untuk memperjuangkan nilai-nilai keadilan bagi seluruh ciptaan.