Mohon tunggu...
Yenni Andiani
Yenni Andiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Malang

Farmasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Agama dalam Kesehatan Mental

30 Januari 2023   21:03 Diperbarui: 30 Januari 2023   21:07 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Agama sebagai bentuk kepercayaan manusia terhadap sesuatu Kekuasaan (Adi Kodrati) menyertai semua bidang kehidupan manusia, baik kehidupan manusia individu maupun kehidupan komunal, baik kehidupan material maupun spiritual, baik duniawi maupun akhirat. Agama (Islam) adalah cara hidup yang lengkap. Tidak ada wilayah dalam kehidupan manusia yang tidak tersentuh oleh ajaran agama (Islam). (Pujiati, 2018)

Menurut fitrahnya, manusia mahluk beragama (homo religius) yaitu mahluk yang memiliki rasa keagamaan, dan kemampuan untuk memahami serta mengamalkan nilai-nilai agama. Kefitrahannya inilah yang membedakan manusia dari hewan, dan juga yang mengangkat harkat dan martabatnya atau kemuliaannya di sisi Tuhan. (Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N, 2018).

(Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N, 2018) menyatakan bahwa agama pedoman hidup manusia telah memberikan petunjuk tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk pembinaan atau pengembangan mental yang sehat. Sebagai petunjuk hidup bagi manusia dalam mencapai mentalnya yang sehat, agama berfungsi sebagai berikut.

  • Memelihara Fitrah

Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, bersih dari dosa dan kenajisan. Namun karena manusia memiliki hawa nafsu (naluri dan dorongan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya) dan ada pihak luar yang selalu berusaha menipu dan menyesatkan manusia dari kebenaran yaitu setan, maka manusia sering melakukan perbuatan dosa. Agar manusia dapat mengendalikan hawa nafsunya dan terhindar dari godaan setan (tetap suci), manusia harus beragama atau takut kepada Allah. Jika seseorang takut kepada Allah, itu berarti dia telah menjaga fitrahnya yang sebenarnya dan merupakan salah satu penerima manfaat dari Allah.

  • Memelihara Jiwa

Agama sangat menghormati harkat dan martabat manusia. Untuk menjaga kemuliaan jiwa manusia, agama melarang manusia dianiaya, disiksa, dan dibunuh.

  • Memelihara Akal

Allah telah menganugerahkan karunia kepada manusia tanpa harus memberikannya kepada makhluk lain, yaitu akal. Untuk itu, manusia memiliki: (a) kemampuan membedakan yang baik dan yang jahat, atau memahami dan menerima nilai-nilai, dan (b) mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, atau mengembangkan agama; Budaya. Berkat kemampuan inilah manusia dapat berkembang menjadi makhluk yang beradab.

  • Memelihara Keturunan

Agama mengajarkan orang bagaimana mempertahankan garis keturunan ilahi atau sistem regenerasi. Aturan atau norma agama untuk memelihara anak adalah pernikahan. Perkawinan adalah upacara keagamaan yang sakral (suci), yang harus dilakukan oleh seorang pria dan wanita sebelum memiliki hubungan darah sebagai suami istri. Pernikahan ini bertujuan untuk menciptakan keluarga sakinah (damai, nyaman), mawaddah (cinta, saling menghormati) dan rahmah (menerima banyak hadiah dari Allah).

4. Ciri-ciri Mental Sehat

Kesehatan Mental manusia dipengaruhi oleh faktor internal dan external. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang seperti sifat, bakat, keturunan dan sebagainya. Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar diri seseorang seperti lingkungan, keluarga.

Karakteristik mental yang Sehat: 

  • Terhindar dari Gangguan Jiwa

Zakiyah Daradjat (1985) mengemukakan perbedaan antara gangguan jiwa (neurose) dengan penyakit jiwa (psikose), yaitu:

a. Neurose masih mengetahui dan merasakan kesukarannya, sebaliknya yang kena psikose tidak.

b. Neurose kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih hidup dalam alam kenyataan pada umumnya. sedangkan yang kena psikose kepribadiaannya dari segala segi (tanggapan, perasaan/emosi, dan dorongan-dorongan) sangat terganggu, tidak ada integritas, dan ia hidup jauh dari alam kenyataan.

  • Penyesuaian diri

Penyesuaian diri (self adjustment) merupakan proses untuk memperoleh/ memenuhi kebutuhan (needs satisfaction), dan mengatasi stres, konflik, frustasi, serta masalah-masalah tertentu dengan cara-cara tertentu.

  • Pemanfaatan potensi maksimal

Individu yang sehat mentalnya adalah yang mampu memanfaatkan potensi yang dimilikinya, dalam kegiatan-kegiatan yang positif dan konstruktif bagi pengembangan kualitas dirinya.

  • Tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain

Orang yang sehat mentalnya menampilkan perilaku atau respon-responnya terhadap situasi dalam memenuhi kebutuhannya, memberikan dampak yang positif bagi dirinya dan orang lain. Segala aktivitasnya di tujukan untuk mencapai kebahagiaan pribadi dan kebahagiaan bersama.

5. Ciri-ciri Mental Sakit

Mental yang sakit dari aspek psikis, sosial, moral religius dan dari aspek kesehatan fisik, memiliki ciri yang berkebalikan arah dengan karakteristik mental sehat.

  • Perasaan tidak nyaman (inadequacy)
  • Perasaan tidak aman (insecurity)
  • Kurang memiliki rasa percaya diri (self-confidence)
  • Kurang memahami diri (self-understanding)
  • Kurang mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial
  • Ketidakmatangan emosi
  • Kepribadiannya terganggu

Simpulan 

Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial) Orang yang sehat mental akan senantiasa merasa aman dan bahagia dalam kondisi apapun, ia juga akan melakukan intropeksi atas segala hal yang dilakukannya sehingga ia akan mampu mengontrol dan mengendalikan dirinya sendiri.

Menurut Zakiah Daradjat (1982) dalam (Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N, 2018), salah satu cita rasa agama adalah terapi (penyembuhan) gangguan jiwa. Mempraktikkan agama dalam kehidupan sehari-hari melindungi orang dari gangguan mental dan juga dapat memulihkan kesehatan mental orang yang cemas. Semakin dekat seseorang dengan Tuhan dan semakin banyak beribadah, semakin tentram jiwanya dan semakin besar kemungkinannya menghadapi kekecewaan, kesulitan, dan rintangan dalam hidup. Begitu pula sebaliknya, semakin jauh seseorang dari agama, semakin sulit baginya untuk menemukan kedamaian dalam batin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun