Mohon tunggu...
Yeni Rahmadhanti
Yeni Rahmadhanti Mohon Tunggu... Lainnya - 5/O5PPKM001

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNIVERSITAS PAMULANG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apa yang Salah dengan Kurikulum di Indonesia?

7 Juli 2021   15:17 Diperbarui: 7 Juli 2021   15:20 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mereka hanya mengutamakan kualitas guru. Tidak ada ujian nasional, waktu belajar yang singkat, aturan yang sedikit, dan bahan ajar yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa. Siswa tidak perlu mempelajari semua mata pelajaran. Bahkan, memudahkan mereka untuk mengembangkan minat dan bakatnya di waktu senggang.


Bisakah Indonesia melakukan ini?


Untuk itu, peran semua pihak sangat dibutuhkan. Pemerintah, guru, bahkan orang tua dan konselor siswa sangat dibutuhkan. apa gunanya? Jika semua pihak terlibat, saya pikir Indonesia akan merespons perubahan zaman dengan lebih baik.


 1. Peran orang tua
Tidak dapat dipungkiri bahwa peran orang tua dalam pendidikan anak sama pentingnya dengan peran orang tua dalam tumbuh kembang anak. Menurut psikolog perkembangan Erickson, hal pertama yang dipelajari seorang anak saat lahir adalah kepercayaan diri.


Perwalian ini harus didirikan oleh orang tua. Mereka harus bisa membuat anak merasa aman dan merasa bahwa dunia ini aman untuknya. Jika kepercayaan berhasil dibangun, anak akan merasa aman dan terjamin selama sisa hidupnya. Sebaliknya, jika kepercayaan tidak dibangun, atau anak tidak mempercayai orang tuanya sejak kecil, anak akan cenderung menghindari menjalin hubungan berdasarkan rasa saling percaya sepanjang hidupnya.


2. Peran guru
 Peran guru sebagai pelaku pendidikan tentu berdampak langsung. Guru dapat membantu orang tua meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan. Karena masih banyak guru yang jahil, siswanya tidak sekolah, dibiarkan begitu saja. Menurut pendapat saya, sangat mungkin bagi guru untuk mempertahankan siswa di sekolah, dan metode pengajaran guru juga dapat diubah untuk mencari solusi untuk memperbaiki sistem pendidikan. Menurut saya, metode mengajar guru sekarang berbeda dengan metode mengajar sepuluh tahun yang lalu. Hal ini diperlukan untuk memperbarui metode pengajaran. Guru tidak bisa lagi menggunakan metode memaksa siswa untuk menghafal.


3. Peran pemerintah
Solusi terakhir yang kami harapkan datang dari pemerintah. Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, pemerintah harus mampu menjalankan sistem pendidikan secara efektif. Mengingat masih banyak anak di Indonesia yang putus sekolah, maka pemerintah harus lebih aktif mensosialisasikan pentingnya pendidikan. Karena pemerintah bisa melakukan itu semua. 

Dengan diangkatnya Bapak Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, diharapkan dapat membawa inovasi-inovasi baru bagi pendidikan tanah air. Seperti yang kita ketahui bersama, Nadim merumuskan rencana reformasi pendidikan di Indonesia saat menjabat.

Anda mungkin juga pernah mendengar bahwa Ujian Nasional (UN) tahun 2021 akan berganti nama menjadi Penilaian Kompetensi. Secara pribadi, saya berharap metode ini dapat menjadi solusi yang efektif bagi sistem pendidikan Indonesia.

Ditulis oleh

Yeni Rahmadhanti (181011500084)

Mahasisiwi Fkip Unpam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun