Mohon tunggu...
Yohanes Budi
Yohanes Budi Mohon Tunggu... Human Resources - Menulis kumpulan cerpen "Menua Bersama Senja" (2024), Meminati bidang humaniora dan pengembangan SDM

https://ebooks.gramedia.com/id/buku/menua-bersama-senja

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

INDONESIA (BUTUH) 4G LEBIH BANYAK!

7 Desember 2020   15:06 Diperbarui: 8 Desember 2020   08:28 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sbr. capture film pendek 4G

Belakangan, deru kapal besar yang disebut Indonesia terdengar sangat bising. Hiruk-pikuknya seperti bunyi ribuan tawon yang bermigrasi. Mungkin ia perlu berhenti berlayar barang sejenak, dan biarkan baling-balingnya dibersihkan dari berbagai gangguan. Jika perlu, mari bersandar sejenak sambil menikmati tenggelamnya matahari di tepi samudra. Duduk dan hiruplah udara lautnya yang semerbak.

Sejatinya, Indonesia punya jiwa kelakar yang gahar. Ia pandai menghibur saat orang-orang sedang berduka karena bencana. Tapi, ia berduka saat para pengkhianat (sok) bicara tentang antikorupsi wujud bela negara. Dan, ia benar-benar bermuram durja, melihat Indonesia tak lagi ramah bertegur sapa, saat tatap muka juga di dunia maya. 

4G, film pendek garapan Asa Jatmiko dan produksi Balai Budaya Rejosari, menjawab fenomena menipisnya tepo seliro atau tenggang rasa di tengah masyarakat. Tokoh Ndoro Kakung, yang secara strata sosial tinggi hadir sebagai sosok yang menginisiasi kepedulian sosial. Ini berkebalikan dengan para petinggi (bangsawan) yang acap kali digambarkan angkuh dan menjaga jarak. Bersama dengan den Bagus, anaknya, mereka mengetuk hati para warganya untuk membantu Pak Agus yang sedang membutuhkan bantuan. 

sbr. capture film pendek 4G
sbr. capture film pendek 4G

sbr. capture film pendek 4G
sbr. capture film pendek 4G

Sayangnya, Pak Agus justru merasa "dipermalukan" oleh Ndoro Kakung. Inilah menariknya, kemiskinan tidak membuat harga diri seseorang pupus tergerus. Pak Agus menolak bantuan karena ia merasa masih mampu bekerja dan mencari nafkah. Bukankah itu bentuk perlawanan yang heroik? Kok bisa. Ya, karena "di belahan dunia" yang lain, justru ada orang yang mampu "mengaku-aku" miskin agar mendapat bantuan. 


Meski pada akhirnya, Pak Agus harus pasrah dan menerima, oleh ketulusan dan solidaritas warga. Pak Agus dan Ndoro Kakung justru menjadi pilar pemersatu dalam 4G. Apa itu 4G? Sebagaimana ditulis dalam deskripsinya, yang dimaksud 4G adalah Golong, Gilig, Guyub, dan Gemati. Golong Gilig dimaknai sebagai bentuk hubungan manusia dengan Tuhan dan sesama.. Gilig sendiri berarti rembug, (ber)-musyawarah. Guyub, berarti rukun, mampu hidup damai, dan Gemati menggambarkan perhatian (hubungan baik) kepada sesama dalam ketulusan dan kesabaran. 

Kita semua dituntut untuk hidup rukun dan saling memperhatikan satu dengan lainnya, tanpa memandang perbedaan apapun baik suku, agama, ras, golongan maupun status sosial. Itulah sebabnya, film pendek 4G ini hadir sebagai oase tentang cara hidup bersama yang semestinya. Tidak perlu mengumbar banyak kata, cukup berembug, bertindak, dan hidup rukun satu dengan yang lain, niscaya akan mengikis rasa jumawa (angkuh).

Anda (seharusnya) menjadi bagian dari Indonesia yang memiliki 4G.  Berani?!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun