Setelah gema takbir Hari Raya Idul Adha mulai mereda, dan kita baru saja melewati hari-hari tasyrik, saatnya kita memasuki fase yang sering terlupakan yaitu masa pasca hari tasyrik. Kita perlu merenung sejenak, mengevaluasi, dan bertanya dalam hati: seberapa optimal kita menghidupkan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah yang begitu agung itu?
Banyak di antara kita yang antusias beribadah di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, karena memang Rasulullah menjelaskan bahwa amal di hari-hari itu sangat dicintai Allah.
Namun, bagaimana setelahnya? Apakah semangat itu masih menyala, atau sudah mulai padam?
Mari kita duduk sejenak, merenung, dan melakukan refleksi amal ibadah. Ini penting, agar kita tidak termasuk golongan yang hanya rajin saat "musim ibadah", tapi lalai setelahnya.
Kenapa 10 Hari Pertama Dzulhijjah Begitu Spesial?
Rasulullah bersabda:
"Tidak ada hari-hari di mana amal shalih lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini (yakni 10 hari pertama Dzulhijjah)."
(HR. Al-Bukhari no. 969)
Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa keutamaan 10 hari ini melebihi hari-hari di bulan Ramadhan, kecuali malam Lailatul Qadar.
Di dalamnya ada banyak amal yang bisa kita lakukan:
- Shalat sunnah
- Puasa sunnah, terutama hari Arafah
- Takbir dan dzikir
- Tilawah Al-Qur'an
- Sedekah
- Berkurban
- Doa
- Menebar salam
Semua amal tersebut dilipatgandakan pahalanya.
Saatnya Refleksi: Apa yang Sudah dan Belum Kita Lakukan?
Setelah 10 hari itu berlalu, penting untuk kita melakukan evaluasi:
1. Bagaimana Niat Kita?