Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Si Kopong Tahu Sumedang

9 Oktober 2012   06:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:02 1733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_210511" align="aligncenter" width="640" caption="Tahu Sumedang.... siapa mau? (dok.yyt)"][/caption]

Halo teman… sudah makan siang? Pastinya sudah. Buat Anda yang belum makan siang nih saya kasih tulisan, walau tulisan nggak bikin kenyang setidaknya Anda bisa mengisi waktu sembari menunggu pesanan makan siang datang.

Ceritanya lebaran kemarin dalam perjalanan dari Jogjakarta menuju Bandung saya melewati daerah Sumedang. Kalau menyebut kota Sumedang apa yang ada di benak Anda? Tahu Sumedang.. yap.. tahu Sumedang.

[caption id="attachment_210512" align="aligncenter" width="640" caption="Ada yang berani mencelupkan tangan ke dalam wajan ini (dok.yyt)"]

134976414168703761
134976414168703761
[/caption]

Tahu Sumedang memang khasnya kota Sumedang. Begitu memasuki wilayah Sumedang Anda akan menemui penjaja tahu Sumedang di sepanjang jalan. Tahu digoreng di tempat jadi ketika Anda membelinya, Anda masih merasakan panasnya tahu Sumedang yang baru diangkat dari wajan.

Saya yakin Anda tahu bagaimana rasanya tahu Sumedang. Gurih dan asin menyeruak di lidah ketika si tahu memasuki mulut. Tambah rasa pedas dari cabai rawit yang menemani si tahu saat dikunyah. Biasanya saya memakan 5 cabai rawit sebagai peneman satu tahu Sumedang. Saya memang suka pedas.

[caption id="attachment_210513" align="aligncenter" width="640" caption="Menggarisi tahu agar sama ukurannya (dok.yyt)"]

13497641941053549423
13497641941053549423
[/caption]

Ada beda yang paling mencolok antara tahu Sumedang dengan tahu kebanyakan. Tahu Sumedang dalamnya kopong tak banyak isi. Ini ciri khasnya. Kulit tahu Sumedang berwarna coklat dan sedikit beremah. Ini ciri lainnya lagi.

Hari masih pagi ketika saya beristirahat di sebuah pom bensin persis di sebelah warung tahu Sumedang. Si pemilik warung sedang asyik menggoreng tahu ketika saya datang. Wajan yang besar penuh dengan minyak panas hingga asap mengepul dari penggorengan.

[caption id="attachment_210514" align="aligncenter" width="640" caption="Hijau dimana-mana (dok.yyt)"]

13497642531857740993
13497642531857740993
[/caption]

Di sebelahnya ada tumpukan tahu yang sudah matang dan menggoda siapapun yang melihatnya untuk mengambil dan memakannya. Harga tahu Sumedang adalah sepuluh ribu rupiah untuk dua puluh lima tahu. Cukup murah. Keranjang dari anyaman bambu menjadi tempat si tahu saat tahu dibawa pergi. Cukup ramah lingkungan.

Sepagi itu saya asyik makan tahu dengan cabe rawit segar yang sepertinya baru dipetik. Sebuah pagi yang sempurna menurut saya. Kenapa sempurna? Karena ternyata pemandangan yang ada di belakang pom bensin ini begitu mempesona. Lihat saja fotonya. Betapa rindunya saya untuk datang lagi ke sana.

[caption id="attachment_210515" align="aligncenter" width="640" caption="Ada ikannya nggak ya di sungai ini? (dok.yyt)"]

1349764319281403771
1349764319281403771
[/caption]

Tahu kopong… tahu Sumedang. Semoga kita tak kopong seperti isi tahu Sumedang. Ngomong-ngomong.. Pak Beye adalah penyuka tahu Sumedang juga lho. Anda pasti tahu Pak Beye kan? Itu lho yang pidato semalam.

Follow @daffana

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun