Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Blusukan ke Taman Nasional Gunung Gede Pangrango demi Owa Jawa yang Baperan

21 November 2017   13:57 Diperbarui: 21 November 2017   14:04 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Daun ini penghilang rasa gatal (dok.yayat)

Empat jeep berjajar di area parkir yang ditumbuhi rerumputan. Jeep yang teramat gagah dengan ban yang lebih besar dari tubuh saya. Saya biasa melihat jeep seperti ini digunakan untuk off road melewati sungai dan jalan berlumpur. Kami akan menaiki jeep ini menuju kawasan hutan Gunung Gede Pangrango di wilayah Bogor, Jawa Barat. Saya dan teman-teman kompasianer sedang menyambangi kawasan ini pada 12 November 2017 dalam rangka Kompasiana Visit.

Nggak menunggu lama, para kompasianer langsung berfoto ceria di depan jeep yang penampakannya garang luar biasa. Perjalanan menuju kawasan hutan menjadi lebih lambat dari yang dijadwalkan, maklumi saja ya, di Jakarta teramat jarang kita bisa melihat jeep gagah seperti ini. Akhirnya setelah puas, kami menaiki jeep untuk menuju ke kawasan hutan.

off road yang ngeri ngeri sedap (dok.yayat
off road yang ngeri ngeri sedap (dok.yayat
Nggak usah ditanya bagaimana serunya menaiki jeep yang melahap jalanan berlumpur. Rute yang dilakoni sang jeep gagah memang seperti ini, jalanan berlumpur yang dibatasi oleh kebun dan lembah. Salah mencari celah, sang jeep gagah bisa tergelincir  ke lembah. Namun jangan khawatir, jeep dinahkodai oleh driver yang sudah sangat berpengalaman.. yang senantiasa tersenyum walau jeep sudah miring nyaris terguling gara-gara ban terjeblos ke lubang berlumpur. Jeritan kami malah membuat sang supir makin tersenyum lebar.

Memang tak ada jalan aspal mulus menuju lokasi. Jalan yang kami lalui justru jalan yang paling aman, bayangkan gimana jalan parahnya kalo begitu. Hutan yang akan kami datangi adalah hutan alami, sejatinya jalan yang kami lalui menuju lokasi juga harus jalan alami. Menaiki jeep off road membuat kesan tersendiri dalam perjalanan kami menuju hutan. Kalo aspalnya mulus kan tiada kesan.

di antara pohon tumbang (dok.yayat)
di antara pohon tumbang (dok.yayat)
Akhirnya kami tiba di gerbang hutan, tapi kami belum mencapai lokasi yang dituju karena ini baru pintu gerbangnya aja. Tak ada plang ucapan selamat datang dan pesta penyambutan dengan bunga-bunga tujuh rupa. Sekali lagi.. kami menuju hutan alami yang semuanya kudu alami. Cuman yaaaaa saya nggak berharap juga disambut macan tutul meski itu alami.

Owa Jawa, hewan yang baperan

Lalu ngapain sih kami iseng bener blusukan ke hutan? Karena Owa Jawa pemirsa. Tau Owa Jawa? Owa Jawa adalah primata satu keluarga dengan kera. Thanks to Kompasiana Visit karena dari acara ini saya jadi tau bedanya kera dengan monyet. Kera itu nggak punya buntut dan monyet itu buntutnya panjang. Owa Jawa adalah hewan yang hampir punah. Jumlahnya sangat terbatas kini dan penyebarannya hanya di wilayah Jawa Barat.

sang Owa Jawa (dok.pertamina)
sang Owa Jawa (dok.pertamina)
Owa Jawa hidup di hutan yang penuh pepohonan lebat. Makanannya adalah buah-buahan, daun dan bunga-bungaan. Layaknya kera, ia menjelajah hutan dengan menggelayut dari satu pohon ke pohon lainnya. Kadang diselingi suara nyaring yang bisa terdengar ke seantero hutan. Owa.. owa.. begitu suaranya. Mungkin inilah sebabnya ia disebut Owa Jawa.

Nampaknya hidup Owa Jawa berbahagia ya, namun sebenarnya nggak gitu juga. Kepunahan Owa Jawa bukan karena lingkup hidupnya terbatas hanya di hutan alami, namun juga karena ia adalah hewan yang baper alias bawa perasaan. Owa Jawa adalah hewan monogami, alias hanya kawin dengan satu pasangan aja. Ia tak bisa berganti pasangan atau kawin dengan banyak pasangan. Setia ya. Kalau Owa Jawa bisa berbahasa seperti kita mungkin ia akan bilang.. "ganti pasangan? Ih emang kita hewan apaan".

Induk Owa Jawa dan anaknya (dok.pertamina)
Induk Owa Jawa dan anaknya (dok.pertamina)
Kesetiaan Owa Jawa juga terbukti jika ia ditinggal mati keluarganya atau pasangannya. Owa Jawa akan stress dan tak mau makan dan minum. Macam jomblo yang patah hati. Akhirnya ia sakit dan mati. Menyedihkan, tapi itulah garis hidup ciptaan Tuhan. Lalu Owa Jawa juga sensitif, ia nggak bisa melihat rombongan manusia. Apalagi jika rombongan manusia ini mengarahkan kamera ke wajahnya lalu minta selfie bersama. Jangan.. Owa Jawa akan lari ke hutan dan ngumpet sampai ia merasa lingkungannya aman.

Maka saya sungguh beruntung ketika sampai di hutan, saya melihat Owa Jawa yang lincah berloncatan dari satu pohon ke pohon lainnya. Sungguh penyambutan alami dari hewan yang baperan. Karena hal-hal baper itulah perkembang biakan Owa Jawa bisa berhenti yang berakibat jumlah Owa Jawa makin berkurang. Selain itu ada hal tak alami yang mengancam hidup Owa Jawa yaitu perburuan liar oleh masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun