Mohon tunggu...
Ananda rizalni
Ananda rizalni Mohon Tunggu... Guru - Yayasan Ananda Rizalni As-siddiq (ARAS) merupakan lembaga kursus bahasa inggris

kursus bahasa inggris yang telah didirikan oleh Yayasan Ananda Rizalni As-ssid berada di simpang benar kelurahan cempedak rahuk kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir Provinsi RIAU ini merupakan salah satu upaya untuk mengubah pola pikir dan pola kehidupan dari masyarakat sekitar yang harus mampu siap bersaing baik secara nasional maupun international

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Jangan Takut dengan Corona" (Merayakan 1 Tahun Pandemi Covid-19 di Indonesia)

20 April 2021   15:40 Diperbarui: 20 April 2021   15:44 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Terkait menanggapi covid-19, banyak di antara ustad atau mubaligh di masjid menyerukan, "jangan takut untuk sholat berjamaah di masjid. Jangan sampai kita dimintai pertanggungjawaban ketika tidak mau sholat berjamaah di masjid."

Pernyataan tersebut memang benar. Tetapi kita harus lihat dan menganalisa terlebih dahulu duduk perkaranya. 

Jika kita mengatakan tidak usah panik dan takut berlebihan terhadap covid-19, karena ajal dan kematian sudah ditentukan oleh Allah , tidak bisa diundur dan tidak bisa dimajukan. Memang benar, tetapi tidak semua perkara bisa disangkutpautkan dengan firman Allah tersebut. 

Kita memang harus jangan takut dan panik terhadap terhadap covid-19, tetapi mengambil langkah waspada dan ikhtiar dalam menjaga diri dari kerusakan adalah wajib. Sebab kesehatan adalah salah satu nikmat Allah , maka kita harus menjaga dengan sebaik-baiknya. Tentunya tidak hanya karena covid-19, tetapi juga dengan penyakit-penyakit lainnya.

Kalau kita mengatakan semuanya sudah ditentukan Allah , semua sudah ada ajalnya, atau semua sudah jalan takdirnya. Hal itu yang akhirnya bisa berbahaya dan membuat umat tidak maju dan berkembang. Tidak mungkin anda bisa membangun rumah yang nyaman jika anda tidak mau bekerja, tidak akan mungkin anda menjadi orang sukses jika tidak ada usaha untuk meraih kesuksesan tersebut, tidak mungkin anda menjadi orang pintar jika anda tidak mau belajar, atau tidak mungkin anda bisa sembuh dari penyakit jika anda tidak berikhtiar untuk berobat.

Kalau memang semua harus pasrah dan berpangku tangan, kenapa dahulu nabi Musa AS harus berlari dari kejaran Fir'aun hingga tepojok ke laut merah. Bukankah nabi Musa AS cukup bilang, "wahai umatku takdir sudah di tangan Allah, kematian tidak bisa dimajukan dan tidak bisa diundur, maka kita harus diam saja di sini, kalau memang mati ya mati kalau memang hidup yang hidup". Tidak seperti itu bukan? 

Begitu juga ketika nabi Nuh diperintahkan Allah untuk membuat bahtera. Allah di sini jelas memerintahkan hambanya untuk tetap berikhtiar dalam menjaga diri. Apakah nabi Nuh AS memerintahkan umatnya untuk tinggal diam di negerinya, dan tidak harus berusaha membuat kapal? Begitu juga ketika nabi Muhammad dan Abu Bakar Ash-Shidiq bersembunyi di gua Tsur dari kejaran kafir Quraish. Kenapa nabi harus bersembunyi? Bukankah ajal sudah ditentukan Allah ? Maka dalam hal ini Allah berfirman,

"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia" (QS Ar-Ra'd [13]: 11).

Sayd Quthb dalam tafsirnya menjelaskan, Allah selalu mengikuti mereka dengan memerintahkan malaikat-malaikat penjaga untuk mengawasi apa saja yang dilakukan manusia untuk mengubah diri dan keadaan mereka. Artinya, Allah akan mengubah keadaan diri seorang hamba sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam diri dan perbuatan kita sendiri. Makanya kenapa ada "qadha" dan "qadar". Qadha itu sesuatu yang sudah ditentukan Allah di lauhul mahfuz tetapi belum terjadi, sedangkan qadar atau takdir adalah sesuatu yang terjadi ketika kita telah berusaha. Qadha itu tidak akan tercipta menjadi takdir jika tidak ada aktualisasi diri dari kita.

Kalau At-Thabari, menjelaskan ayat di atas bahwa semua orang itu dalam kebaikan dan kenikmatan. Allah tidak akan mengubah kenikmatan-kenikmatan seseorang kecuali mereka mengubah kenikmatan menjadi keburukan sebab perilakunya sendiri dengan bersikap zalim dan saling bermusuhan kepada saudaranya sendiri. Begitu pula Al-Qurthubi menejelaskan bahwa Allah tidak mengubah suatu kaum sehingga ada salah satu di antara mereka ada yang mengubahnya.

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. Ar-Rum [30]: 41)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun