Mohon tunggu...
yayan sumaryono
yayan sumaryono Mohon Tunggu... Pengacara - 24 0381

Penulis Pusi Jalanan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hujan Kerikil di Tanah Jawara

19 November 2020   07:43 Diperbarui: 19 November 2020   07:48 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hujan Krikil di tanah Jawara

Fajar di akahir pekan, ketika ayam jantan berkoko, entah mengapa langit masih jua kelam, berdukakah ia? Seperti mata sembab anak angon yang menangis sepanjang malam, karena menahan lapar si emak tak menanak nasi sebiji beraspun tiada

Mimpi burukkah ini atau hanya sekedar ilusi? Di tanah Jawara turun hujan krikil, burung-burung pipit merengek, sawah kering serta panen belalang.

Di sebrang kali kulihat anak-anak gembala menggiring lembu ke lembah ilalang, sektika suaraku memekik seakan bunyi geledeg di ujung musim, "kenapa kalian giring kerbau itu pada hamparan ilalang? Bukankah di samping kandang itu hamparan rumput yang hijau?

muka polos dengan tatapan kosong, bibir bergetar sayup-sayup terdengar suara lirih "tanah itu miliki tuan paduka, terlarang bagi kami untuk mendekatinya apalagi mengambil rumputnya, bisa binasah satu kampung"

Ooohhh Ya Rabb, Tanah Jawara Bukan hanya Hujan kerikil kini banjir bara pula,


Bagaimana nanti jasad kami akan dikubur ketika mati, jika di tanah kelahiran kami kini telah dikuasai oleh mereka yang disebut para paduka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun