Mohon tunggu...
Yayah AuliyatulFaizah
Yayah AuliyatulFaizah Mohon Tunggu... Menyukai seni budaya

Sedang belajar dan berusaha untuk lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan yang bermimpi

5 Maret 2025   23:36 Diperbarui: 5 Maret 2025   23:42 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Akan tetapi dedikasi sang kawan yang dengan bangga selalu bilang bahwa ia pelanggan setia Tetramax, harus dibayar pahit dengan fakta yang muncul akhir-akhir ini. 

Sebuah fakta menyebutkan bahwa elite Tetramina terbukti melakukan pidana korupsi dan mengoplos Tetramax dengan Tetralite. 

Sang kawan pun lemas, menyadari dirinya telah ditipu dan dibohongi bertahun-tahun oleh Tetramina langganannya.

Perempuan pemimpi itu iba dengan kawannya, ia bersumpah akan membuat perhitungan jika bertemu dengan oknum Tetramina yang tega melakukan korupsi dan mengoplos Tetramax dengan Tetralite. Ia benar-benar geram dan bersumpah akan membuat oknum itu jera! Entah bagaimana caranya.

Lain waktu perempuan itu menjumpai penjual bakso sepuh langganannya yang cerita soal gas semangka yang langka dan harganya diluar nalar. Keuntungan jualan bakso belum bisa menutup modal untuk belanja bahan pokok buat jualan dan kebutuhan sehari-hari. Itupun masih ditambah dengan beban harga gas semangka yang melambung tinggi dan sulit ditemui, belum lagi kalau dagangan sepi!

Perempuan itu benar-benar heran, apa gerangan yang membuat mereka gemar mencari jabatan dan melakukan tindakan korupsi. Padahal kalau dipikir-pikir, gaji mereka sudah lebih dari kata cukup, fasilitas mereka juga cukup layak dibandingkan para buruh kasar dengan nyawa taruhannya, yang kerja dengan  gaji tak seberapa.

Sebanyak apapun mereka korupsi, seluas apapun mereka mengeruk kekayaan negeri ini, bukankah kapasitas perut dan tubuh mereka tak lebih dari satu atau dua piring dalam satu kali makan?

Lalu untuk apa mereka melakukannya? Untuk apa mereka korupsi dan mengambil yang bukan haknya?

Apakah mereka tidak iba dengan bawahan yang kian sengsara? Apakah nurani mereka tidak terketuk sedikit saja pada rakyat jelata papa yang masih terus bekerja, meski kekuatan dan badan hanya tinggal sisa-sisa.

Perempuan itu heran, apa yang ada dalam benak dan pikiran mereka yang melakukan korupsi?

Sebegitu kuat kah keserakahan mencengkeram mereka sehingga nurani mereka buta. Apa mereka lupa kalau yang mereka punya dan dapatkan di dunia ini hanya sementara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun