Alih-alih: "Prajurit itu lelah setelah perang panjang."
Coba: "Medali perunggu itu terasa dingin di telapak tangannya, jauh lebih dingin dari salju yang turun di luar jendela barak. Di permukaannya yang tergores, ukiran nama komandannya yang gugur seolah menatapnya dengan tatapan menuduh." (Objek: medali perunggu. Konflik: rasa bersalah penyintas atau survivor's guilt).
Genre Fiksi Ilmiah:
Alih-alih: "Sistem navigasi kapal luar angkasa itu rusak."
Coba: "Hologram peta galaksi di anjungan utama berkedip-kedip tak menentu, menampilkan rute ke Sektor-7 lalu tiba-tiba lenyap, digantikan simbol tengkorak berwarna biru neon yang berputar pelan di tengah udara." (Objek: hologram peta. Konflik: tersesat di ruang angkasa dan ancaman tak dikenal).
KesimpulanÂ
Lihatlah sekeliling Anda. Setiap objek memiliki potensi cerita. Sebuah cangkir kopi retak, sepasang sepatu usang di bawah ranjang, atau selembar tiket bioskop yang terselip di buku. Tugas kita sebagai penulis adalah menemukan objek yang tepat untuk membuka gerbang menuju dunia karakter kita.
Jangan lagi memulai cerita dengan memperkenalkan karakter. Mulailah dengan dunia mereka, melalui satu objek signifikan yang sudah penuh dengan konflik dan emosi. Biarkan benda mati yang berbicara lebih dulu.
Selamat menulis.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI