Selama bertahun-tahun, saya adalah penulis yang bangga dengan jumlah kata. Semakin panjang, semakin berisi, pikir saya. Saya suka memberi tahu pembaca semuanya: bagaimana saya merasa, mengapa saya merasakannya, dan detail kecil yang (menurut saya) membuat adegan itu hidup.
Masalahnya, tulisan saya jadi gemuk. Ia penuh dengan kata-kata yang tidak perlu, frasa yang bertele-tele, dan deskripsi yang melingkar-lingkar.
Sampai saya menemukan metode yang terdengar kejam namun revolusioner: Latihan 'Memotong Tulang' (The Bone Cutting).
Apa Itu 'Memotong Tulang'?
Latihan ini sederhana, tapi menantang. Ambil satu halaman tulisan Anda yang sedang dikerjakan. Hitung total jumlah katanya. Tugas Anda adalah memotong total 20% dari jumlah kata tersebut---tanpa menghilangkan informasi penting atau mengubah makna utamanya.
Bayangkan Anda seorang pematung yang harus mengikis kelebihan batu untuk menampakkan mahakarya di dalamnya. Kita tidak membuang maknanya; kita hanya membuang filler yang menempel di sekitarnya.
Awalnya saya ragu. Bagaimana mungkin saya memotong 20% dari kata-kata yang sudah saya pikirkan matang-matang?
Proses 'Pembedahan' yang Menyakitkan
Saya mengambil draf babak kedua cerita pendek saya. Jumlah kata awal: 500. Target pemotongan: 100 kata.
Berikut adalah beberapa area yang paling 'berlemak' yang saya temukan, dan bagaimana saya "memotong tulangnya":
1. Menghilangkan Adverbia yang Mendua
Saya sering menggunakan frasa Adverbia + Kata Sifat ketika satu kata kerja saja sudah cukup.
Sebelum: "Dia berlari dengan sangat cepat menuju gerbang." (5 kata)
Sesudah: "Dia melaju ke gerbang." (3 kata)
Penghematan: 2 kata
2. Menyerang Frasa Pembuka yang Bertele-tele
Saya selalu memulai kalimat dengan frasa yang lamban.
Sebelum: "Mengingat fakta bahwa cuaca semakin memburuk, kami memutuskan untuk tinggal." (8 kata)
Sesudah: "Karena cuaca memburuk, kami memutuskan untuk tinggal." (6 kata)
Penghematan: 2 kata
3. Mengeliminasi Kata Sambung yang Tidak Perlu
Banyak penulis menggunakan kata-kata seperti "bahwa," "yang," atau "benar-benar" yang sebenarnya tidak diperlukan.
Sebelum: "Ini adalah satu-satunya kesempatan yang kita miliki." (7 kata)
Sesudah: "Ini satu-satunya kesempatan kita." (4 kata)
Penghematan: 3 kata
4. Mengubah Pasif menjadi Aktif
Kalimat pasif sering kali membutuhkan lebih banyak kata.
Sebelum: "Keputusan telah dibuat oleh kepala desa." (6 kata)
Sesudah: "Kepala desa membuat keputusan." (4 kata)
Penghematan: 2 kata
Hasil Akhir: Tulisan yang Lebih Kuat
Setelah sekitar satu jam bergumul dengan halaman tersebut, saya berhasil mencapai target pemotongan 100 kata. Kalimat baru saya menjadi 400 kata.
Yang menakjubkan adalah: maknanya tidak berkurang sama sekali. Sebaliknya, tulisan saya menjadi lebih ringkas, lebih dinamis, dan memiliki dampak yang lebih kuat. Kalimatnya sekarang terasa menyerang (dalam arti positif) dan tidak lagi berjalan-jalan.
Latihan "Memotong Tulang" ini adalah cara terbaik untuk melatih otot revisi Anda. Ini mengajarkan Anda untuk menghargai setiap karakter dan memaksa Anda mencari bentuk paling ringkas untuk menyampaikan ide Anda.
Cobalah. Ambil draf terberat Anda, tentukan target 20%---dan mulailah memotong tulang yang tidak perlu!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI