Mohon tunggu...
Maya Batari
Maya Batari Mohon Tunggu... Guru - Single Cool

mencintai diri sendiri dimulai dari dalam hati yang selalu berpikir positif dan bahagia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rahasia Cinta Sang Pewaris #Bab 18

16 April 2021   22:30 Diperbarui: 16 April 2021   22:34 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
//lifestyle.okezone.com

"Enak, cah ayu?" Naira menatap Utari yang tengah lahap menyantap nasi hangat dengan lauk pepes ayam kampung pedas buatannya.

Utari mengacungkan kedua jempol yang belepotan bumbu, sambil meringis malu. Namun dia mengambil bungkus kedua pepes yang terhidang di meja. Naira tampak senang, karena Utari tidak sok pemalu di hadapannya. Gadis itu terlihat menyukai masakan pedas buatannya, sama seperti Bagus Pandhita.

"Ibu memang luar biasa! Ini lezat banget!" Utari menjilati satu persatu jemarinya, dan semua tidak luput dari pengawasan mata tajam Bagus Pandhita yang duduk di kepala meja.

"Kamu itu lapar, apa doyan, sih?" tanya Bagus dengan nada pelan.

"Kangmas tahu sendiri, kan? Kerjaanku baru selesai jam enam sore, sementara Pak Warto hanya membawakanku secangkir kopi dan semangkok baso. Mana tadi siang, aku tidak sempat makan siang lagi! Cacing-cacing di perutku sudah memberontak ingin diisi sesuatu yang bergizi dan lezat!" protes Utari yang masih saja tidak berhenti mengunyah.

"Jangan menggodanya, Gus. Biarain saja, Ibu malah seneng cah ayu makannya banyak. Artinya masakan Ibu memang enak."

"Tuh, yang masak aja nggak protes!"

Utari memang belum pulang ke rumah. Setelah berkeluh kesah pada calon mertua, akhirnya Naira mengizinkan gadis itu untuk mampir. Naira terkejut dengan tampang pucat pasi Utari, untung saja dia sudah memasak khusus untuk gadis itu.

Ketika mereka tengah asyik menikmati makan malam, ternyata Bagus juga pulang dari perjalanan Dinas. Jadilah mereka menikmati makan malam bersama, seperti sebuah keluarga yang sesungguhnya. Bagus Pandhita yang semula mengira Utari akan bersikap malu-malu, dibuat terkejut dengan sikap gadis itu. Utari tidak menutupi selera makannya yang sangat tidak feminin.

"Memangnya mengerjakan apa sampai sore begitu?"

"Mas tidak tahu? Semenjak insiden kita tempo hari, semua orang seperti memusuhiku. Bukan setiap orang sih, tapi para penggemar Mas. Mereka itu orang berpendidikan, tapi mulut tidak bisa dijaga!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun