Mohon tunggu...
YASIR
YASIR Mohon Tunggu... MAHASISWA

Menjadi jembatan untuk belajar dan berbagi pengetahuan, mengajak masyarakat untuk terus berkembang dengan pemahaman yang lebih luas tentang dunia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

pemahaman itu berevolusi, jangan terjebak di masa lalu

30 Januari 2025   05:52 Diperbarui: 30 Januari 2025   05:50 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah dinamika dunia yang terus berkembang, salah satu tantangan terbesar yang kita hadapi adalah melepaskan pemahaman atau keyakinan lama yang sudah mengakar dan menggantinya dengan pemahaman yang lebih relevan dengan zaman. Banyak dari kita, baik secara sadar atau tidak, terjebak dalam kebiasaan mempertahankan pemikiran yang sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini. Pemahaman kita tentang budaya, agama, atau kehidupan sehari-hari kadang terbelenggu oleh tradisi yang mungkin sudah tidak lagi relevan dengan realitas zaman sekarang.

Pentingnya Pemikiran yang Adaptif

Pemikiran yang adaptif adalah kunci untuk bertahan dalam perubahan. Namun, banyak dari kita yang cenderung enggan untuk mengganti atau bahkan mempertanyakan pandangan lama. Budaya yang sudah mengakar, ajaran yang sudah diwariskan turun-temurun, atau kebiasaan yang telah melekat dalam kehidupan sehari-hari seringkali menjadi hal yang sulit untuk dipertanyakan. Kita cenderung merasa nyaman dengan hal-hal yang sudah kita anggap sebagai kebenaran, meskipun mungkin hal tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman.

Sebagai contoh, dalam budaya kita, ada banyak sekali norma-norma yang masih diterima begitu saja tanpa pertanyaan. Misalnya, pandangan terhadap peran wanita dalam masyarakat, atau bahkan cara orang tua mendidik anak. Tradisi atau ajaran yang sudah ada sering kali menganggap bahwa segala sesuatu harus diterima tanpa diskusi atau refleksi lebih dalam. Padahal, zaman sudah berubah. Apa yang dahulu mungkin dianggap benar, kini bisa saja dianggap kurang relevan atau bahkan bertentangan dengan nilai-nilai yang lebih progresif.

Melepas Kemelekatan dengan Pemahaman Lama

Melepas pemahaman lama tidak berarti menolak segala sesuatu yang kita terima dari tradisi atau ajaran yang ada. Sebaliknya, ini adalah langkah untuk memberi ruang bagi pemikiran yang lebih terbuka dan kontekstual. Saat kita terus memegang teguh pemahaman lama tanpa memberi ruang bagi pemahaman baru, kita akan terjebak dalam kebekuan. Ini tidak hanya berlaku pada pandangan terhadap agama atau budaya, tetapi juga terhadap pola-pola hidup yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat.

Mari kita lihat, misalnya, cara pandang kita terhadap perempuan. Beberapa ajaran yang menganggap bahwa wanita harus selalu berada di rumah atau tidak boleh menjadi pemimpin, mungkin didasarkan pada situasi sosial tertentu di masa lalu. Namun, dalam konteks sekarang, pandangan tersebut tidak lagi relevan. Banyak perempuan yang kini memimpin, bekerja, dan memberikan kontribusi besar bagi masyarakat. Perubahan ini bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, melainkan sesuatu yang perlu diterima sebagai bagian dari perkembangan sosial.

Membangun Pemahaman Baru yang Lebih Relevan

Untuk bisa mengganti pemahaman lama dengan yang baru, kita perlu melatih diri untuk berpikir lebih kritis dan terbuka. Ini bukan hanya tentang mempertanyakan ajaran yang ada, tetapi lebih kepada mencoba memahami konteks saat ini dan bagaimana kita bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Pemahaman baru yang lebih relevan dapat muncul dengan melihat masalah atau tantangan yang kita hadapi di dunia modern, seperti teknologi, globalisasi, atau isu-isu sosial yang semakin kompleks.

Sebagai contoh, dalam hal pendidikan, kita harus membuka pikiran kita terhadap metode-metode baru yang lebih efektif, daripada hanya bergantung pada metode yang sudah ada dan sudah usang. Dalam hal sosial, kita perlu lebih fleksibel dalam menghadapi keberagaman dan perbedaan, bukannya terus menganggap bahwa satu cara pandang atau satu budaya adalah yang terbaik.

Menghargai Perubahan, Tanpa Kehilangan Identitas

Proses untuk mengganti pemahaman lama dengan yang baru memang tidak mudah. Kita tidak perlu meninggalkan seluruh nilai-nilai yang kita anut, tetapi kita perlu mampu untuk melihat mana yang masih relevan dan mana yang perlu disesuaikan. Sebuah bangsa atau individu yang terus berkembang adalah yang mampu menghargai tradisi, tetapi juga siap untuk menerima pembaruan.

Dalam menghadapi perubahan, kita tidak perlu merasa takut atau cemas akan kehilangan identitas. Sebaliknya, kita bisa memperkuat identitas kita dengan cara yang lebih dinamis, dengan beradaptasi pada kebutuhan zaman dan menjaga nilai-nilai yang tetap relevan. Pemahaman baru tidak harus berarti kehilangan akar, tetapi justru bisa memperkaya perspektif dan cara kita menjalani hidup.

Penutup

Buang pemahaman lama dan ganti dengan yang baru adalah suatu upaya untuk menciptakan ruang bagi pemikiran yang lebih adaptif, fleksibel, dan relevan dengan tantangan zaman. Kita perlu berhenti terjebak dalam kemelekatan pada tradisi yang mungkin sudah tidak sesuai dengan realitas sekarang, dan mulai memberi ruang untuk pemahaman baru yang dapat membawa kita menuju kehidupan yang lebih baik. Membangun pemahaman baru bukan berarti menanggalkan nilai-nilai lama, tetapi lebih pada menyesuaikan dan memperbarui pemikiran agar kita bisa terus berkembang, bertumbuh, dan beradaptasi dengan dunia yang terus berubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun