Laporan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) baru-baru ini membuka fakta memalukan dalam tata kelola keuangan daerah: kelebihan pembayaran senilai Rp 641 juta pada 20 paket pekerjaan di Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar. Ini bukan sekadar kesalahan angka di atas kertas---ini adalah kebocoran keuangan negara yang menggerus kepercayaan publik.
Dalih "kesalahan administrasi" sudah terlalu sering digunakan sebagai tameng. Kelebihan pembayaran semacam ini tak mungkin terjadi tanpa kelemahan serius dalam perencanaan, pengawasan, dan pelaksanaan proyek. Lebih parah, pola berulang seperti ini sering menjadi pintu masuk dugaan praktik mark-up dan manipulasi volume pekerjaan demi keuntungan segelintir pihak.
Memang, pengembalian dana diwajibkan. Tapi jika penyelesaiannya hanya berhenti di situ, tanpa proses hukum yang tegas, pesan yang tersampaikan ke birokrasi jelas: "Main saja, kalau ketahuan cukup kembalikan." Celah inilah yang membuat korupsi model baru tumbuh subur di balik label "kekeliruan administrasi."
Maka, solusi tidak cukup hanya mengandalkan audit rutin tahunan. Audit investigatif yang melibatkan Inspektorat, BPK, dan aparat penegak hukum harus dilakukan untuk menelusuri: siapa yang memerintahkan, siapa yang menandatangani, dan siapa yang menikmati kelebihan pembayaran ini. Penegakan hukum wajib menyentuh pengambil keputusan, bukan sekadar operator lapangan.
Kasus Rp 641 juta ini menjadi cermin lemahnya kontrol anggaran di Kota Makassar. Jika dibiarkan, bukan mustahil nilainya berlipat ganda di tahun-tahun mendatang. Rakyat Makassar berhak tahu ke mana uang mereka mengalir dan siapa yang bertanggung jawab atas setiap rupiah yang bocor.
Uang rakyat bukan milik pribadi pejabat atau kontraktor. Setiap rupiahnya adalah amanah yang harus dikelola dengan integritas. Luka pada keuangan negara harus dibedah hingga ke akar, agar penyakit korupsi tidak terus bersemayam di tubuh birokrasi.
Penulis : Wildan Naim, Forum Pemuda dan Mahasiswa Hukum (FORMAHUM)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI