Mohon tunggu...
Yanuar Z. Arief
Yanuar Z. Arief Mohon Tunggu... Dosen - Warga Kalbar, bagian dari Komunitas Masyarakat Energi Terbarukan (KOMMET)

Warga Kalbar, bagian dari Komunitas Masyarakat Energi Terbarukan (KOMMET)

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pembangunan PLTN di Kalbar: Kebutuhan atau Kebuntuan?

19 Agustus 2019   12:54 Diperbarui: 19 Agustus 2019   12:56 1899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keuntungan pemanfaatan energi baru dan terbarukan meliputi aspek ekonomi, sosial dan Lingkungan. Dari aspek ekonomi mencakup lapangan kerja, kompetensi dalam negeri, pasar luar negeri, kehandalan pasokan, menurunkan bahan bakar, pembukaan daerah terpencil, dan potensi pariwisata. Dari aspek sosial, akan meningkatkan derajat kesehatan, urbanisasi, kebanggaan masyarakat lokal, dan partisipasi. Dari aspek lingkungan berupa emisi rendah, habitat baru, kelestarian lingkungan, mitigasi kerusakan lingkungan, dan mengurangi sampah [9].

D. PLTN: Keuntungan dan Permasalahannya

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN adalah sebuah pembangkit daya thermal yang menggunakan satu atau beberapa reaktor nuklir sebagai sumber panasnya. Prinsip kerja sebuah PLTN hampir sama dengan sebuah Pembangkilt Listrik Tenaga Uap (PLTU), menggunakan uap bertekanan tinggi untuk memutar turbin. Putaran turbin inlah yang diubah menjadi energi listrik. Perbedaannya ialah sumber panas yang digunakan untuk menghasilkan panas. Sebuah PLTN menggunakan Uranium sebagai sumber panasnya. Reaksi pembelahan (fisi) inti Uranium menghasilkan energi panas yang sangat besar [12].

Konversi energi listrik yang dihasilkan dari bahan bakar PLTN, contohnya dari bahan bakar uranium, dapat menghasilkan energi yang ribuan kali lebih banyak dibandingkan dengan yang dihasilkan batu bara. 1 gram uranium dapat menghasilkan sekitar 90 ribu kali energi lebih banyak dari yang dihaslikan oleh 1 gram batu bara [13].

Selain keuntungan yang disebutkan di atas, PLTN juga memiliki kekurangan dan permasalahan. Dua kekurangan utama PLTN ialah risiko kecelakaan/kebocoran pembangkit nuklir dan masalah penanganan limbah nukir yg bersifar radioaktif hingga ribuan tahun.

Dunia mencatat dua kecelakan besar pada PLTN yang pernah terjadi, yaitu di Chernobyl (Ukrania, dahulu masih di bawah pemerintahan Uni Sovyet) pada tahun 1986, dan di Fukushima, Jepang pada tahun 2011.

Tragedi ledakan reaktor nuklir Chernobyl terjadi pada tanggal 26 April 1986. Pada tahun1995, Pemerintah Ukraina menyatakan bahwa 125.000 orang telah meninggal akibat efek radiasi Chernobyl. Sebuah laporan dari Chernobyl Forum memperkirakan, sekitar 50 orang terbunuh beberapa bulan setelah ledakan itu. Hingga kemudian 9.000 orang akhirnya meninggal dunia akibat kanker terkait paparan radiasi dari Chernobyl. Angka ini belum termasuk sekitar 50.000 orang yang tinggal di kawasan yang lebih luas, yang kemudian menderita kanker akibat radiasi. Dari 50.000 penderita kanker itu, separuhnya meninggal dunia. Selain itu, bencana ini mengakibatkan kerugian material sebesar 18 miliar rubel atau setara dengan Rp 3,5 triliun dan efek jangka panjang radiasi terhadap manusia masih terus diselidiki hingga saat ini [14].

Radiasi nuklir ini menyebar hingga meliputi tiga perempat wilayah Eropa, dan memberi dampak kepada Rusia, Ukraina dan Belaursia. Wilayah Chernobyl dengan luas sekita dua ribu kilometer persegi terpaksa ditinggalkan oleh penduduknya. Uniknya, pemerintah Ukraina berupaya menghidupkan kembali wilayah bekas reaktor nuklir ini dengan membangun pembangkit tenaga surya. Proses pembangunan hingga kini masih terus dilakukan, dengan sekitar 3.800 panel tenaga surya dipasang di area seluas 1,6 hektar. Ditargetkan pembangkit ini akan mula beroperasi dengan daya listrik hingga 1 MW [15].

Kebocoran reaktor nuklir di Fukushima Jepang disebabkan oleh gempa dahsyat dan tsunami yang melanda negera tersebut pada tanggal 11 Maret 2011. Tokyo Electric Power Company (TEPCO), operator dari reaktor tersebut menyatakan bahwa sekitar 45 ton air yang terkontaminasi dengan zat radioaktif cesium dan yodium, mengalir ke laut dari sistem selokan yang juga terkontaminasi dari unit kondensasi. Air yang bocor tersebut mengandung radioaktif caesium 134 sekitar 16.000 becquerels per liter dan cesium 137 sekitar 29.000 becquerels, yang melebihi batas keselamatan oleh pemerintah.

Media lokal melaporkan, air yang terkontaminasi juga mungkin mengandung zat-zat radioaktif lain seperti strontium, diketahui dapat menyebabkan kanker tulang pada manusia. Selain ancaman radioaktif terhadap kesehatan manusia, diperlukan waktu sedikitnya empat ratus tahun untuk membersihkan kawasan yang terkontaminasi bahan radioaktif tersebut, selain masalah penanganan limbah radiaktif akibat kebocoran reakor nuklir tersebut [16]. Jepang mengalami kerugian ribuan trilyun rupiah akibat kebocoran reaktor nuklir ini serta biaya yang diperlukan untuk pemulihannya [17].

Disamping kecelakaan/kebocoran reaktor nuklir, limbah nuklir sampai saat ini tetap menjadi sumber utama kecemasan masyarakat banyak tentang PLTN. Sebuah PLTN dengan kapasitas 1.000 MWe membutuhkan sekitar 1 metrik ton bahan bakar dan menghasilkan limbah sebanyak kira-kira 70 liter per hari. Sampai tahun 1980, AS telah menghasilkan 36 juta ton limbah dengan radiasi rendah dan 8.300 ton limbah dengan radiasi tinggi. PLTN membutuhkan suatu penanganan yang khusus [18].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun