Panas terik membakar. Kelopak mata pun berulang kali menutup. Silau. Di sini aliran dingin menerpa seiring dengan mobil yang melaju pelan. Tepian pantai Jamarang tetiba asing tak mau berjejak dalam benakku. Ada yang bermain menguji dian yang tak kunjung padam.
Senja, aku menunggumu, di sini!Â
Peluh masih belum berhenti membasahi tubuh yang melunak termakan usia. Aroma bunga setaman yang kau titipkan tak mampu gantikan bau kecut yang merebak dari ratusan pintu. Buluh perindu mengalun sendu. Mencoba meraih hati yang tak kunjung membuka. Merdeka! Itu katamu. Dulu.Â
Senja, aku menunggumu, di sini!
Bantu aku mencairkan berjuta hati yang tetiba membeku, entah kena apa.Â