Mohon tunggu...
Humaniora

Edukasi Anti Hoaks pada Siswa Melalui Literasi Informasi (Anti Hoaks Sang Pendidik)

10 November 2017   23:18 Diperbarui: 11 November 2017   05:19 1930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

            Kedua poster di atas hanya sebagian kecil data klarifikasi dari berita hoax yang dapat diinformasikan kepada siswa. Dengan implementasi literasi informasi ini, Gerakan Literasi Sekolah (GLS) tidak semata hanya sampai pada melatih siswa untuk gemar membaca dan menulis, akan tetapi juga membiasakan siswa untuk berpikir kritis. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat menggunakan isu hoax sebagai salah satu topik yang dapat dipilih siswa dalam penilaian keterampilan menulis atau berbicara. Melalui tema salah satu isu hoax, guru dapat menilai bagaimana siswa memposisikan dirinya sebagai pencari kebenaran dari suatu berita hoax, dan bagaimana argument siswa menyikapi berita hoax tersebut

Sang Pendidik adalah Kunci

            Sekadar kembali mengingat, makna pendidikan seperti yang tercantum dalam Undang-Undnag No. 20 Tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. 

Berdasarkan undang-undang tersebut, tentu dapat disadari bahwa amanah yang diemban oleh para guru tidak dapat disepelekan. Guru memegang amanah untuk mencerdaskan bangsa dan membangun karakter pada generasi muda.

            Peran membangun karakter tersebut selaras dengan bagaimana peran guru dalam menangkal hoax dan menularkan semangat antihoax pada siswa. Tidak hanya pada siswa, guru juga mendapatkan posisi strategis pada masyarakat. Masyarakat tentu memandang latar belakang seseorang sebagai seorang guru dan cenderung mempercayai apa yang diutarakan oleh seorang guru. Termasuk pula  pada saat seorang guru menyosialisasikan pembenaran atau klarifikasi dari suatu berita hoax. 

Karena guru adalah kunci, maka jangan sampai seorang guru tidak cermat dan justru turut serta membagikan berita hoax. Semoga dengan peran serta Sang Pendidik dan partisipasi segenap pihak terkait, generasi muda dan netizen pengguna media sosial tidak lagi gegabah dalam meng-klik dan membagikan suatu berita, seperti sebuah slogan dalam Bahasa Inggris Take a moment to think, before you click.Mari tangkal hoax demi keutuhan negeri!

           

#pgrijateng #marimas #antihoax #literasiinformasi 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun