Dalam setiap pusaran kehidupan, manusia tak pernah luput dari ujian. Ada yang datang dalam bentuk cobaan lahiriah, ada pula yang mengetuk batin kita dengan luka dan fitnah. Namun, para arif bijaksana mengajarkan, "Hati adalah singgasana Ilahi, siapa yang mampu menjaganya dari kekeruhan, ia akan menemukan kedamaian sejati."
Di era yang serba gaduh ini, ketika konflik sosial mudah meledak dan provokasi begitu cepat menyebar lewat layar gawai, kesabaran dan ketenangan jiwa menjadi harta paling berharga. Dari sinilah kita belajar, bahwa menata hati bukan sekadar wacana spiritual, melainkan kebutuhan modern untuk menjaga kewarasan dan harmoni hidup bersama.
Kronologi Perseteruan yang Menjadi Viral
Perseteruan antara KH. Muhammad Imam Muslimin atau Yai MIM dengan Sahara, pemilik usaha rental mobil di Malang, Jawa Timur, berawal dari hal sederhana, posisi parkir mobil. Di depan rumah Yai MIM terdapat tanah yang dahulu miliknya dan sudah diwakafkan untuk jalan umum. Namun, tanah itu kemudian digunakan Sahara untuk memarkir mobil rental sekaligus dijadikan kandang kambing.
Dari persoalan sepele inilah, konflik melebar. Sahara mulai memprovokasi warga, sementara suaminya yang merupakan ketua ormas etnis Madura Asli (MADAS) ikut memperkuat tekanan. Fitnah-fitnah pun dilontarkan, termasuk tuduhan serius yang mencederai reputasi Yai MIM. Dampaknya, warga setempat membuat kesepakatan menolak keberadaan Yai Mim, dan UIN Malang menonaktifkan posisinya sebagai dosen. Saat itu, hujatan publik mengalir deras kepadanya.
Namun, Yai MIM justru memilih jalan berbeda. Ia melakukan sebuah "drama" berpura-pura stroke dan jatuh. Strategi itu, sebagaimana dijelaskan sendiri oleh Yai MIM di podcast Denny Sumargo, bukan bentuk kelemahan atau manipulasi murahan, melainkan taktik psikologi untuk membalik situasi, menguji reaksi lawan, sekaligus membuka tabir kebenaran di hadapan publik.
Strategi itu berhasil. Opini publik perlahan berbalik. Jika awalnya Yai Mim yang dihujat, lama-lama sorotan publik mengarah pada Sahara dan perilakunya. Netizen melihat kejanggalan dan mulai menaruh simpati pada Yai MIM yang dianggap terzalimi. Puncaknya, ketika ia tampil di podcast Denny Sumargo, publik mendengar langsung alasannya dan menyaksikan kebeningan sikapnya. Dari situlah, Yai MIM mendapatkan kembali martabatnya, dan kebenaran menemukan jalannya.
Namun, di tengah badai tekanan itu, Yai MIM memilih untuk tidak terpancing emosi. Ia tetap menahan diri, berusaha menjaga akhlak, dan tidak terprovokasi untuk membalas dengan cara yang sama.
Jalan Sabar dalam Pusaran Konflik
Dalam pandangan sufistik, konflik duniawi hanyalah ujian bagi kejernihan jiwa. Bagi orang yang sedang dizalimi, jalan terbaik bukanlah membalas dengan amarah, melainkan menyalakan lentera sabar. Yai MIM menunjukkan bahwa kesabaran bukan tanda kelemahan, melainkan kekuatan sejati yang mampu menundukkan gelombang kebencian.
Rasulullah SAW pun menegaskan bahwa kemenangan terbesar bukanlah menundukkan orang lain, melainkan menundukkan diri sendiri. Inilah inti dari jihad an-nafs, peperangan melawan nafsu dan ego yang berkecamuk di dalam hati.