Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Geriatric Millennial

Penulis komunitas. Gig worker. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Genting

7 Oktober 2025   13:29 Diperbarui: 7 Oktober 2025   13:29 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah pribadi menggunakan Canva

"Ada apa, Mas?" tanya Kia, anak sulung Lik Narti yang heran melihat sepupunya bicara dengan nada tinggi.

"Itu anak-anak lari-larian lagi hujan angin malam-malam gini, bahaya," jawab Bowo sambil mengenyahkan rasa jengkel bercampur kasihan pada anak-anak tadi.

"Anak-anak?!" Kia ingin bertanya lebih lanjut, tapi keburu dipanggil ibunya untuk mengambil baskom besar. Seorang sinom lalu menyongsong baskom itu dari tangan Kia dan membawanya ke ruang tamu untuk menampung air yang bocor dari langit-langit.

Pukul sepuluh hujan dan angin reda. Alih-alih menimbulkan hawa sejuk, udara malah terasa panas seperti tadi siang. Kini rumah Lik Narti sudah kosong ditinggal para tamu dan kerabat yang pulang. "Bowo, iki kipas angin nggo kowe turu ben ra kepanasan, soale hawane puanas," Lik Narti menaruh kipas angin berkaki ke sudut kamar yang ditempati Bowo. Dia juga menyerahkan dua potong kaus dan satu celana milik mendiang suaminya untuk Bowo ganti baju.

Tiga anak Lik Narti masih membereskan perabot sisa masak dan menaruh tumpukan piring dan gelas ke tempat cucian ketika Bowo merasa kantuk yang berat menggelayuti matanya. Lelap pun jatuh.

Krekk. Kipas angin di kamar Bowo berhenti berputar karena listrik padam. Gelap, hanya ada semburat dari sinar rembulan yang masuk lewat celah jendela. Suara gamelan sayup-sayup terdengar di kejauhan dengan suara saron yang mendominasi. Makin lama pukulan saron terdengar makin keras, mengusik telinga Bowo dan memaksanya bangun dari tidur lelapnya.

Bowo menutup telinganya dengan bantal untuk mencegah suara gamelan mengganggu tidurnya, tapi kepalanya malah serasa berat seperti ditimpa batu. Dilepasnya bantal itu dari telinga dan Bowo berguling ke kanan, mencari posisi ternyaman untuk kembali tidur. Namun, untuk sesaat terasa tubuhnya jadi ringan.... makin ringan.... tambah ringan.

Bowo memaksa diri membuka matanya yang mengantuk berat. Kaget bukan kepalang karena dirinya ternyata melayang di atas tempat tidur!

Ilustrasi diolah pribadi menggunakan Canva
Ilustrasi diolah pribadi menggunakan Canva

Lalu, siapa itu yang terbaring di tempat tidurnya? Tangan memeluk bantal, wajah tenang tidur nyenyak, dengkuran halus, dan rambut ikal. Itu dirinya! Bowo bingung sekaligus takut setengah mati. Apa yang terjadi?! Dari sudut kamar pandangannya menangkap bayangan putih seperti siluet tubuh besar tanpa gerak dan sedang menatap ke arah tempat tidur. 

Tiba-tiba bayangan putih itu melempari tubuh di tempat tidur dengan genting. "Jangaaannn!" Bowo berteriak keras, tapi suaranya tidak keluar. Dicobanya untuk berteriak lagi, tapi tidak ada suara yang keluar dari tenggorokannya.

Sosok putih itu terus melempari genting ke tempat tidur, sosok yang sedang berbaring itu masih tidak bergerak. Posisinya sama, sedang tidur pulas, tapi tercium bau darah segar yang mengalir dari kepalanya. Darah juga keluar dari bagian tubuh yang kena lemparan genting. Makin lama makin banyak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun