Seorang ibu yang sabar dan tidak sering marah-marah juga bisa membangun suasana rumah yang kondusif dan nyaman untuk perkembangan psikologis anak.
2. Communicating (Komunikasi)
Komunikasi rutin orang tua dan guru. Di sekolah anak kami, baik yang SD dan SMP, komunikasi biasanya terjadi di grup WhatsApp. Setiap program sekolah, selain disosialisasikan dalam pertemuan, juga diberitahukan lewat WhatsApp. Tiap jadwal sarapan bersama guru mengingatkan bahwa bekal yang dibawa hendaknya yang dimasak sendiri, meski menunya sangat sederhana.
3. Volunteering (Kesukarelawanan)
Mendampingi atau menjadi relawan di kegiatan sekolah. Sekolah biasanya minta bantuan orang tua saat peringatan kemerdekaan RI untuk membantu jadi panitia lomba di sekolah dan karnaval kecamatan. Kalau orang tua banyak yang tidak bisa jadi panitia, maka pengurus paguyubanlah yang jadi panitia.
Karena sifatnya relawan, tentu tidak ada orang tua yang dibayar. Seringnya kami yang saweran untuk membiayai karnaval itu.
4. Learning at Home (Belajar di Rumah)
Dukungan orang tua terhadap pembelajaran di rumah seperti mendampingi anak bikin PR atau tugas sekolah. Anak SD sampai SMA kelas 10 termasuk dalam Generasi Alpha. Mayoritas Gen Alpha punya rentang fokus yang pendek karena sering menonton video durasi pendek di YouTube atau TikTok.
Maka kita harus ekstra sabar saat mendampingi mereka mengerjakan tugas. Kalau tidak dibimbing, bisa-bisa tugas itu tidak selesai karena perhatian mereka gampang teralihkan.
5. Decision Making (Pengambilan Keputusan)
Orang tua dalam paguyuban kelas biasa berembug bila sekolah akan mengadakan kegiatan seperti outing class. Hasil musyawarah akan menentukan apakah mayoritas orang tua setuju atau tidak dengan rencana outing class tersebut, termasuk soal pendampingan dan biaya.