Makna lain dari akal adalah peralatan rohaniah manusia yang berfungsi untuk mengingat, menyimpulkan, menganalisis, dan menilai benar atau salah. Berfungsinya peralatan rohaniah itu bergantung pada pengalaman dan pendidikan seseorang.Â
Karena asal katanya dari bahasa Arab sesuai konteks agama Islam, Imam Al-Ghazali membagi akal menjadi empat makna, yaitu:
- Sifat yang membedakan manusia dan hewan.
- Ilmu yang memindahkan manusia dari kanak-kanak ke masa tamyīz (dewasa pikir).
- Prinsip logis untuk menilai yang mungkin dan tidak mungkin.
- Ukuran moral dalam merencanakan dan memuaskan kebutuhan naluriah sesuai norma.
Sedangkan imitasi artinya tiruan atau proses meniru sesuatu yang sudah ada baik bentuk, sifat, maupun cara kerjanya.
Perbuatan meniru ini bisa dilakukan manusia dan binatang atau manusia dan binatang bisa saling meniru. Seseorang yang meniru tidak akan melakukan perubahan apa pun terhadap hal yang ditirunya.
Jadi secara garis besar, akal imitasi bermakna daya pikir yang terutama meniru pola pemikiran, penilaian, atau strategi orang lain tanpa melalui proses refleksi mendalam atau kreasi asli.
2. Kecerdasan Buatan
David Wechsler (1994) memandang kecerdasan sebagai suatu bentuk agregasi atau kapasitas global individu untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
Kemudian Alfred Binet (1905) menegaskan kecerdasan sebagai kemampuan individu untuk mengarahkan perilakunya menuju suatu tujuan tertentu.Â
Lalu pendapat Daryanto (2014) melihat bahwa kecerdasan adalah kemampuan memecahkan masalah yang menuntut perenungan mendalam.Â
Dalam tradisi Islam, kecerdasan tidak semata-mata soal kemampuan berlogika (intelligence), melainkan perpaduan antara kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual.Â
Sedangkan buatan artinya sesuatu yang telah dibuat atau sesuatu yang dibuat dari bahan atau bahan kimia menjadi bahan baru, bukan asli dari alam. Buatan juga menekankan bahwa sesuatu dibuat atau direkayasa oleh manusia, bukan tumbuh secara alami.Â
Kecerdasan Buatan Atau Akal Imitasi?
Melihat etimologi dan makna kata seperti yang dijelaskan di atas, maka kita bisa berkesimpulan kalau akal tidak bisa ditiru karena merupakan peralatan rohaniah atau instrumen dalam diri manusia yang sudah ada sedari lahir. Peralatan rohaniah ini juga yang membedakan sifat manusia dengan hewan.Â