Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Istri petani. Tukang ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kesaktian Orang Dalam

18 November 2022   15:42 Diperbarui: 18 November 2022   15:49 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Juri di acara Indonesia's Got Talent | Tangkapan layar kanal YouTube Indonesia's Got Talent 

Kalau kamu kaya, kesulitan hidupmu akan berkurang 30 persen. Kalau cakep, kesulitanmu berkurang lagi 30 persen, lalu sisanya tergantung kamu punya orang dalam atau tidak.

Tim hadroh (rebana modern) sekolah anak saya kalah di tingkat kabupaten walau nilainya lebih tinggi dari nilai yang diraih juara pertama. Paling membuat para guru mengernyitkan kening adalah kenyataan bahwa tim yang paling banyak overtime malah jadi juara tiga.

Bila menghitung secara kasar dan kasat, tim yang paling banyak overtime akan dapat banyak pengurangan nilai yang membuatnya sulit jadi juara. Skor sekolah anak saya masih lebih tinggi dari si juara pertama, walau sudah dikurangi overtime tiga menit dan pengurangan lain yang tidak dijelaskan oleh juri.

Guru PAI yang mendampingi tim hadroh tidak pernah dapat jawaban kenapa skor tim sekolah kami dikurangi terus tanpa alasan dan kenapa tim yang nilainya lebih rendah malah juara.

Selidik punya selidik. Ada juri yang anaknya main di tim juara tiga. Pun tersebar kabar di kalangan guru antarsekolah bahwa penentuan juara digilir sesuai kesepakatan. Bagus atau tidaknya penampilan satu tim tidak jadi faktor penentu kemenangan. Guru-guru kami bahkan sempat menyesali bahwa mereka tidak punya orang dalam yang bisa mengantar tim jadi juara.

Bila merunut ke belakang sebenarnya sekolah anak saya itu bukannya tidak punya orang dalam. Orang dalam yang dikenal sekolah kami bahkan bisa mengantar sampai ke tingkat Provinsi Jawa Tengah, walau penampilan regu saat Upacara Siaga bagusnya memang top, yang akhirnya meraih juara tiga.

Orang Dalam dan Etika

Saat kuliah di semester tujuh yang mewajibkan mahasiswanya melakukan praktik kerja lapangan, saya magang di kantor media, dan dibayar. Sementara pemagang lain, boro-boro dibayar, tiap hari kerjaan mereka cuma duduk baca koran (karena memang tidak disuruh ngapa-ngapain) alih-alih mempelajari bagaimana cara kerja perusahaan media.

Hal seperti itu jelas merupakan bentuk ketidakadilan. Bisa saja diantara yang magang itu ada yang betul-betul ingin belajar dan berkarir di dunia jurnalistik, sementara saya waktu itu enggak pengin-pengin-amat jadi wartawan.

Kendati tidak ada larangan soal punya orang dalam di dunia kerja, namun keberadaan orang dalam yang ikut campur dalam proses penerimaan seseorang ke dunia kerja bisa membutakan penilaian terhadap orang-orang yang sebenarnya highly qualified.

Maka secara etika, orang yang punya hubungan kekerabatan dengan peserta lomba, peserta kontes, peserta audisi, atau peserta rekrutmen mestinya tidak terlibat pada proses yang membutuhkan keaktifan peserta. 

Kalau terlibat maka dia jadi orang dalam yang bakal mempengaruhi penilaian dan menutup potensi orang yang betul-betul layak mengisi suatu posisi.

Orang Dalam dan Legalitas

Keberadaan orang dalam dikenal juga di perdagangan saham dan merupakan pelanggaran hukum karena mengacaukan pasar dan memberi keuntungan yang besar kepada orang yang dapat informasi dari orang dalam. Hal demikian dinamakan insider trading atau perdagangan (oleh) orang dalam.

Insider trading dianggap kejahatan di bidang pasar modal selain karena menimbulkan ketidakadilan, juga dapat mengakibatkan hilangnya kepercayaan pemegang saham dan publik kepada Perseroan. 

Karena dianggap ilegal, maka terdapat sanksi yang diatur melalui UU Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995. Sanksi yang diberikan kepada pelaku perseorangan adalah berupa pidana penjara dan denda, sama seperti pelaku korporasi.

Namun, ada juga perdagangan orang dalam yang legal ketika seorang CEO membeli kembali saham perusahaannya, atau ketika pekerja lain dari perusahaan yang sama memperoleh saham di perusahaan tempat mereka bekerja.

Berprestasi Tanpa Orang Dalam

Selang sebulan setelah siswa-siswi sekolah kami tidak ada yang menang dalam perlombaan apa pun di ajang yang sama dengan tim hadroh, beberapa siswa tersebut justru menjuarai Festival Tunas Bahasa Ibu sampai ke tingkat provinsi. Padahal jenis dan kategori lombanya sama persis, yang beda cuma penyelenggaranya saja.

Lainnya, tim majalah dinding digital juga menjuarai lomba jurnalistik tingkat kabupaten. Jurinya para wartawan lokal yang dibantu petinggi Pemda. Tidak ada sekolah yang kenal orang dalam karena yang mengadakan lomba adalah PWI Kabupaten Magelang, bukan sesama guru, pengurus KKG, atau pejabat dinas pendidikan.

Dua hal itu jadi bukti betapa keberadaan orang dalam yang terlibat dalam proses penilaian sangat merugikan orang yang tidak punya siapa-siapa. Mereka yang sudah belajar, berlatih, dan berusaha keras ditumbangkan oleh lawan yang kemampuannya justru dibawah standar.

Akankah Orang Dalam Akan Terus Sakti?

Kalau si orang dalam tidak dilibatkan pada proses yang membutuhkan penilaian objektif, maka dia tidak bisa mempengaruhi hasil. Lomba, kompetisi, kontes, dan rekrutmen akan berlangsung adil dan mendapat pemenang yang memuaskan.

Maka butuh seleksi dan kriteria khusus bagi seseorang yang akan terlibat dalam proses penilaian. Salah satunya dia tidak boleh punya hubungan pertemanan, perkenalan, persaudaraan, kekerabatan, dan pertetanggaan dengan peserta. 

Kalau tidak begitu maka orang dalam akan terus sakti, merusak, dan mengebiri potensi banyak orang.

Di zaman pascareformasi yang sudah beranjak ke era internet 4.0 seperti sekarang, kita bisa menggunakan banyak cara dan media untuk mengungkap ketidakadilan, termasuk yang dilakukan oleh orang dalam, dengan hati-hati supaya tidak malah melanggar hukum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun