Keinginan anak untuk sungguh-sungguh memperhatikan ketika guru menjelaskan materi atau memberi tugas bakal berkurang karena beranggapan bisa menanyakannya di grup WhatsApp.
Anak jadi cenderung meremehkan proses belajar-mengajar di kelas.
3. Kurang mengenal perbendaharaan kosa kata
Bahasa yang dipakai dalam chatting adalah bahasa percakapan dan slang. Pun selalu disingkat asal-asalan semau pengirimnya.
Terbiasa membaca kosa kata yang itu-itu saja bikin anak jadi kurang mengenal ragam kosa kata, termasuk istilah-istilah dalam ilmu pengetahuan.
4. Tidak terlatih mengungkapkan sesuatu yang baik secara verbalÂ
Penggunaan WhatsApp berlebihan pada anak di bawah 13 tahun berpotensi membuat anak kesulitan menggunakan kata dan kalimat sopan dalam bertutur.
Itu karena yang sering dibacanya adalah kata dan kalimat dalam chatting yang asal-asalan, disingkat-singkat, dan kadang dilumuri kata-kata makian dan umpatan.
***
Alih-alih ada manfaatnya, anak SD punya grup WhatsApp sendiri tanpa orang tua atau guru di dalamnya malahan membawa banyak mudarat buat si anak sendiri.
WhatsApp, walaupun berguna karena dibutuhkan untuk menunjang pembelajaran, tetap harus diawasi penggunaannya untuk anak di bawah 13 tahun, oleh orang tua.