Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Istri petani. Tukang ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Artikel Utama

Gaming Awards, Pengakuan untuk Developer dan Gamer

12 Desember 2020   16:08 Diperbarui: 15 Desember 2020   07:57 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Game Awards 2020 (Sumber: Twitter/thegameawards)

Sedangkan pada Indonesia Gaming Awards tahun ini ada 11 kategori nominasi dengan yang paling menarik ada di kategori Most Favorite Game. 

Kategori pada Indonesia Gaming Awards. Foto: indonesiagamingaward.com
Kategori pada Indonesia Gaming Awards. Foto: indonesiagamingaward.com

Di sana ada Free Fire, PUBG Mobile, Call of Duty Mobile, Mobile Legends: Bang Bang, dan Valorant. Kemungkinan Free Fire akan bersaing ketat dengan Mobile Legend: Bang Bang karena menurut saya dia game ini yang paling banyak dimainkan orang Indonesia.

Kok game asing semua, apa tidak ada game bikinan Indonesia?

Indonesia juga punya banyak game developer, beberapa di antaranya sudah mulai mendunia, yaitu:

  • Minimo Studio, pembuat game kesukaan anak perempuan saya yaitu Mini Racing Adventures.
  • Own Games. Developer ini membuat Tahu Bulat yang pernah sangat populer di 2016.
  • Touchten Games, pembuat game Warung Chain. Semua game buatan developer ini sudah diunduh lebih dari 20 juta orang
  • Toge Production yang membuat Coffee Talk.
  • Kidalang, pembuat One Small Fire at a Time.

Game (baik yang dimainkan di konsol, komputer, ponsel, dan virtual reality) sejak lama sebenarnya sudah jadi bagian dari industri kreatif.

Disebut industri kreatif karena orang-orang yang bekerja didalamnya harus sangat kreatif untuk menciptakan hiburan yang diminati orang.

Pada satu game simpel bergenre kasual seperti Talking Tom saja bisa 5-6 orang yang mengerjakan, apalagi jenis survival seperti Fortnite dan social deduction seperti Among Us, biasanya dikerjakan oleh banyak orang.

Dalam satu tim pembuat game ada penulis cerita, desainer grafis, programmer, software developer, animator, penata suara, game play tester, dan gamer untuk mencoba apa ada bug dalam game atau hal lain yang harus disempurnakan.

Programmer juga harus membuat coding tertentu supaya game yang dibuat tidak bisa di-mod atau dimainkan menggunakan cheat seperti Lucky Patcher atau GameShark.

Sayang sekali, Indonesia Gaming Awards baru sebatas memberi penghargaan pada yang favorit-favorit sesuai voting dari masyarakat umum. Mungkin karena masih baru. Sudah ada saja sudah syukur.

Belum ada tolok ukur secara keseluruhan bagaimana suatu game dapat dikatakan bagus atau tidak seperti pada The Game Awards.

Kalau ada orang yang kecanduan game, orang itulah yang bermasalah dengan mentalnya, bukan permainannya. Kalau ada anak yang lebih sering main game daripada belajar maka orang tuanya yang bermasalah dalam mengasuh anak, bukan gamenya.

Game, saya analogikan, seperti obat penenang yang dikhususkan untuk penderita gangguan tidur dan stres berlebihan, jika ditelan oleh orang yang sehat tentu akan menimbulkan kecanduan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun