Di Sudut Ruang Itu
Tubuhmu sudah layu
Air matamu sudah ingin kamu tumpahkan
Tapi kamu memilih berpura-pura, setegar karang
Dan kau simpan air matamu entah sampai kapan
Di sudut ruang itu, biasa kamu bermonolog
Dengan angin yang menambah kesendirianmu semakin menjadi
Kadang setetes cairan bening berhasil keluar dari matamu
Tapi kamu buru-buru menahannya, agar keramaian tak mampu merasakannya
Di sudut ruang itu, kadang pagi berusaha membuatmu tersenyum
Tapi ternyata, senyummu sirna terkalahkan kepedihan
Tawamu juga ikut lenyap terlindas rasa luka
Dan kamu dipaksa tangguh dengan sisa tenagamu
Jangan dulu patah, katamu waktu itu
Jangan dulu tumbang, ucapmu pada dirimu
Kalau kamu patah lalu tumbang terlebih dahulu, lantas siapa yang akan menjadi penguat
Istirahatlah tak apa
Tumpahkan saja tangismu itu, gunakan tisumu sendiri untu mengusap
Lalu, ukir kembali senyummu yang sempat meredup
Malang, 31 Januari 2020
Oleh: Nurul Yamsy