Bayang-bayang resesi yang menghantui ekonomi dunia, memicu turunnya permintaan terhadap energi. Baik energi fosil maupun berbahan baku nabati seperti sawit dll. Hal tersebut tercermin dari harga minyak mentah dunia dan dan harga palm oil acuan.
Dari summary analysis Trading Economics, disampaikan bahwa minyak mentah (crude oil) berjangka WTI diperdagangkan sekitar $104 per barel pada hari Jumat (24/6) dan berada di jalur penurunan dua minggu berturut-turut, ini ditekan oleh kekhawatiran bahwa pengetatan moneter yang agresif di negara-negara ekonomi utama yang bertujuan untuk menahan lonjakan inflasi dapat menyebabkan resesi global dan mengurangi permintaan minyak.
Demikian juga Indeks Harga Pangan terkoreksi 0,6% secara bulanan menjadi 157,4 pada Mei 2022, dan diperkirakan kembali trekoreksi pada Juni 2022. Penurunan utama terlihat pada indeks minyak nabati (-3,5%), di tengah penurunan harga minyak sawit, bunga matahari, kedelai, dan lobak, akibat pencabutan larangan ekspor minyak sawit Indonesia.
Seiring data melandainya indeks harga pangan FAO, khususnya indeks harga lemak nabati, selain menjadi katalis negatif bagi hasil ekspor/neraca perdagangan, namun bisa dioptimalkan untuk pasokan domestik. Dengan demikian, penulis meyakini, harga minyak goreng perlahan-lahan akan stabil, sebagaimana yang diharapkan oleh rakyat dan pemerintah *