Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Administrasi - Yakin Usaha Sampai

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- (muniersara@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Negeri Dilan

8 April 2021   16:41 Diperbarui: 8 April 2021   16:58 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia 5 Years CDS (sumber : World Government Bonds)

Beberapa berita yang saya baca, lelang SUN tidak capai target terus. Sukuk juga begitu. Lihatnya infonya di media. Bah, apa emang profil kredit RI mulai buruk di mata investor? Bisa iya bisa tidak !

Oke, mari kita lihat seperti apa persepsi investor on base data. Misalnya, kita pakai ukuran CDS (credit default swap). Itu semacam asuransi untuk prepare, para investor kalua-kalau debiturnya gagal bayar. Nah ini data CDS RI.

Overall, utk 5 tahun itu pada 2020 tinggi sekali. Lalu turun ke 2021. Namun secara year to date 2021, CDS bergerak dari 73 (Feb/2021) ke 87 (Maret/2021). Sepanjang 2021, ada sedikit peningkatan persepsi risiko obligasi treasury RI dari sisi CDS.

Indonesia 5 Years CDS (sumber : World Government Bonds)
Indonesia 5 Years CDS (sumber : World Government Bonds)
Whatsapp guys? Utang makin menumpuk dan rasio terhadap national revenue makin tidak sehat? Wallahu'alam ya. Yang jelas, bisa berhutang saja sudah syukur. Yang terpenting, persepsi luar terhadap profil kredit Indonesia baik-baik saja.

Lesunya surat utang RI juga disebabkan oleh ragam hal. Ada banyak faktor disini, terutama faktor eksternal, dimana pemulihan ekonomi AS, inflasi di sana dan spekulasi kebijakan suku bunga bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed).

Kala ku tengok-tengok di media, rata-rata bilang, ekonomi AS membaik. Inflasi disana perlahan-lahan terkerek. Spekulasi The Fed mengerek suku bunga acuan juga mengemuka. Tadi pagi (8/4) katanya masih tunggu konsistensi peningkatan lapangan pekerjaan. Bisa-bisa The Fed naikin suku bunga.

Pasal itu yang membikin pasar di Amerika mulai bergairah. Imbal hasil obligasi treasury AS juga manis menggoda. Pasal itu yang membikin investor mulai mendilak ke negeri Paman Sam. Capital outflow menghantui emerging market seperti Indonesia. Termasuk SUN Indonesia yang rasanya mulai sepat. Sepi peminat sejak awal Maret 2021.

Di pasar modal, setiap buka TV tak luput dari berita foreign net sell besar-besaran pasar saham domestik. Memang jual beli dan keluar masuk investor asing itu soal biasa. Namun kalau media sudah gembar-gembor, bisa jadi ada soal.

Lantas bagaimana ini? Realisasi pajak shortfall, Surat utang lesu, sementara pertumbuhan ekonomi ditopang oleh consumption. Memang pertumbuhan ekonomi 2021 diperkirakan menuju 0%. Puji Tuhan bila bisa tembus 1%.

Tapi banyak yang bilang pertumbuhan ekonomi bisa flat di 0%. Untuk keluar dari zona kontraksi menuju 1-2% di semester I 2021, bebannya berat sekali guys. Ini bukan omongan saya, tapi omongan orang-orang gedongan di luar sana.

Pemerintah dan BI terus melakukan reform structure dengan berbagai bauran kebijakan. Kita masih punya banyak ekspektasi pertumbuhan. Kebijakannya juga ada. Semua sumber-sumber pertumbuhan tengah di push. Sabar saja. Per hari ini sudah ada kabar, BLT tahap berikut sudah realisasi. Ini bisa push daya beli. Konsumsi RT bisa bergairah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun