2020: I Want You Have 24 Months (Memulai Memori yang Tertunda)

Begitu cepat waktu berlalu, 2020 berakhir begitu saja tanpa cerita

Apa yang telah kalian lakukan di 2020?

Tahun ini mungkin merupakan tahun yang sedikit atau sangat berbeda bagi umat manusia di seluruh dunia. Bagaimana tidak sejak awal tahun ini kita banyak dilanda cobaan yang begitu mengejutkan. 

Tidak ada yang mengira di tahun 2020 kita harus menjalani setengah tahun bahkan lebih harus mengurung diri dan mengurangi aktivitas dari kegiatan di luar. Hal ini tentu membuat banyak dari kita yang harus menunda dan mengurangi resolusi yang kita buat tahu lalu. 

Target harus dikurangi, strategi harus diubah dan banyak hal yang harus dibenahi menyusul perubahan aktivitas yang memaksa kita untuk banyak di rumah saja.

Memang tahun ini tahun yang sulit, namun yang kita alami sekarang bukanlah sebuah hal yang harus kita ratapi dan sesalkan. Namun sebenarnya tahun ini adalah tahun yang menyadarkan kita untuk "Bersiap-siap untuk hal yang tidak mungkin". 

Bagaimana tidak kondisi yang kita jalani sekarang bukanlah kondisi yang bayangkan di tahun lalu dan tidak terpikirkan sama sekali. Tahun kemarin saya membayangkan masa awal perkuliahan yang indah.

Mengikuti orientasi perkuliahan dengan teman baru, menambah banyak teman, bertemu dosen, belajar di bangku yang menyatu dengan meja adalah hal yang saya bayangkan tahun lalu.

Namun kenyataan mematahkan impian dan angan saya di tahun lalu. Faktanya saya harus mengikuti rangkaian perkuliah dengan duduk di kasur lusuh dengan laptop memangku di kaki di tahun ini.

Fakta yang tidak sesuai realita awalnya membuat saya kecewa. Namun saya sadar akan rencana hanyalah sebuah rencana yakni sesuatu yang kita tidak tau bagaimana hasilnya. Ketidakpastian hasil seharusnya menyadarkan kita akan satu rencana saja tidak cukup, namun kita butuh jutaan rencana untuk satu tujuan. 

Dari sini akhirnya saya bangkit untuk semangat kuliah online dan menjadikan keterbatasan ini pemacu agar mencipatkan inovasi di tengah renovasi akibat pandemi.

Mungkin bukan saya saja yang mengalami kesulitan di tahun ini tapi hampir semua orang di penjuru dunia. Banyak sekali keluhan dari masyarakat termasuk mahasiswa di tengah pandemi ini. Mulai dari persoalan eknomi hingga persoalan mental. 

Awalnya sulit untuk bangkit dari kegagalan dimana kegagalan kali ini bukan salah kita namun salah kondisi yang mengharuskan kita gagal. Namun menyalahkan kondisi bukanlah solusi. Hal yang harus kita lalukan harusnya refleksi diri. Menyusun ulang strategi untuk menyudahi kegagalan dengan keberhasilan diri.

Melihat tahun kemarin atau tahun-tahun sebelumnya menyadarkan saya akan kondisi tidak ada yang tau. Kita tidak tau apa yang akan terjadi di tahun depan. Namun kita tahu apa yang harus kita lakukan tahun depan. 

Kegagalan tahun ini mungkin karena kondisi, namun akan lebih baiknya untuk menyalahkan stategi kita yang belum siap untuk kondisi yang tidak kits dibayangkan. Jadi, mulai sekarang mari menyusun sejuta stategi untuk satu tujuan. Optimalkan diri dengan perencanaan yang detail. Persiapkan diri untuk sebuah kemungkinan yang buruk. Berikan opsi terbaik untuk berbagai kondisi.

Tahun ini mungkin terasa singkat tanpa banyak cerita. Namun disisa bulan 2020 kita masih bisa menyelesaikan resolusi kita ditahun lalu. Mungkin tidak semuanya tapi setidaknya kita menyicil resolusi itu. 

Sisanya dapat kita rencanakan lagi di tahun depan dengan sejuta strategi. Ingat kembali kita mungkin tidak tau apa yang akan terjadi, kita juga tidak tau kondisi seperti apa yang akan kita lalui di tahun depan dan selanjutnya tapi perlu diingat kita tau harus bagaimana di tahun depan dengan menyusun strategi dari sekarang. 

Dalam setahun memang hanya ada 12 bulan saja, namun jadikan tahun depan kita memiliki 24 bulan untuk menggantikan bulan yang terlewatkan di tahun ini. Dan sekarang mulailah menyusun stategi.

 

Yahya Wijaya Pane

Mahasiswa S1 Hubungan Masyarakat

UPN "Veteran" Yogyakarta