Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Price of Blood #Epilog

17 Juni 2015   11:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:40 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Epilog

Suara desingan peluru masih bising membabi buta, Danny bersandar barang-barang yang ada di ruangan itu untuk berlindung. Di tangannya juga terdapat senjata api kesayangannya, iapun muncul untuk membalas serangan peluru yang sedang berlomba untuk mencabut nyawanya.

Sejauh ini masih belum ada yang berhasil melukainya, tak satupun peluru dari musuhnya menembus dagingnya. Meski di tengah pertempuran itu rasa sakit di kepalanya sempat menghujam, tapi ia tak membiarkan hal itu mengalahkannya. Membuatnya lemah, selama ini ia mampu survive dari segala maut yang hendak menyentuhnya. Hanya rasa sakit seperti itu tidak akan mampu membuatnya menciut, ia tetap berusaha melaksanakan tugasnya dengan baik. Dalam sekejap ia berhasil melumpuhkan semua musuhnya, dan sekarang senjata api di tangannya sedang ia todongkan ke kepala seorang pria berdarah Indo-Jerman. Dia adalah bos mafia yang memegang peredaran obat bius ilegal.

"Akan ku berikan setengah dari asetku padamu jika kau melepaskan aku!" tawar pria itu, "aku dengar soal penyakitmu, mungkin sa....!"

Dorr....dorr....dorrrr.......

Sebelum pria itu menghabiskan ucapannya, Danny sudah lebih dulu menghabisi nyawanya dengan melemparkan tiga buah timah panas menembus otaknya.

* * * * *

Dokter menvonis bahwa ia hanya bisa bertahan hingga beberapa bulan saja, tapi ternyata Tuhan masih memberikannya kesempatan hidup sedikit lebih lama. Ia mampu bertahan hingga lebih dari satu tahun, membuktikan bahwa penyakitnya tidak mampu melemahkannya. Peluru tak mampu merenggut nyawanya, pisau juga tak sanggup membunuhnya. Tapi sebuah racun berbahaya yang menyerang otaknya akhirnya membuatnya terbunuh, ia meninggal di rumahnya, di ranjangnya. Ia memang tak mau di rawat di rumah sakit, ia lebih memilih melawan penyakitnya dengan caranya sendiri. Iapun bisa meninggal dengan tenang tanpa khawatir akan putrinya, karena Sharon dan Sammy akan saling menjaga. Ia bisa meninggal dengan bahagia karena satu persatu misteri tentang hidupnya terungkap hingga ia bisa merasa lengkap.

The End

* * * * *

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun