Jujur, keresahan yang sama juga menggeluti hatiku. Belakangan sikap Nikho sedikit aneh, biasanya ia selalu mendiskusikan apa pun denganku sebelum bertindak. Dan sekarang ia mulai sering bertindak sendiri. Bahkan melarangku ikut serta, aku juga mulai curiga ada hal yang tidak beres!
Kulirik wanita di sampingku ini, terlihat kini ia menatapku penuh curiga. "Kenapa kau menatapku seperti itu?"Â
"Karena biasanya kau tahu semuanya, dan kau akan berbohong padaku untuknya,"Â
"Lia, aku juga merasa Nikho mulai aneh. Dia tak pernah merahasiakan apa pun dariku-sebelumnya, tapi kali ini aku merasa, dia memang menyembunyikan sesuatu," jelasku jujur.
"Sungguh?"
"Jujur aku bukan pembohong yang lihai, meski hidupku penuh dengan dosa,"Â
Ia kini menunduk. Entah apa yang dipikirkan!Â
"Apa mungkin dia mau memiliki kehidupan yang baru bersamaku? Aku sudah terlanjur jatuh terlalu dalam, mencintainya-memang tidak mudah. Dan sekarang, aku tak bisa membayangkan hidup tanpa dia," airmata menggelinding ke pipinya, namun segera ia seka.Â
"Kurasa kau harus siap untuk itu, karena maut bisa menjemput kami kapan saja," celetukku.
Ucapanku membuatnya menatapku tajam, "Kenapa kau katakan itu?"
Kuhela nafas, "Jika Nikho dan aku mati,"