Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

The Last Hunter #Part 5

13 September 2015   11:34 Diperbarui: 26 September 2018   09:02 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kau datang lebih cepat rupanya, aku suka itu!"

Kalimatnya sungguh membuatku harus menelan ludah untuk kesekian kalinya, "Tolong bawakan ini!" katanya memungut sesuatu dan menaruhnya begitu saja di dadaku, secara refleks kutangkap kardus yang cukup berat itu, dia tersenyum lalu berjalan melewatiku, aku pun mengikutinya hingga kami berjalan ke belakang sekolah. Di sana ada lab lama yang tak terpakai, kenapa dia membawaku ke sana? Bukankah jika ingin praktek bisa memakai lab baru yang terletak di samping kelasku?

Dia berjalan dengan anggun di depanku, liukan tubuhnya yang indah menari dengan anggun. Kuamati hingga tak sadar kami sudah masuk ke dalam lab, kami naik ke lantai dua, kuikuti saja karena dia adalah guruku.

Dia berhenti, begitupun aku. Kuletakan saja kardus di dadaku karena tangan ini sudah pegal, begitu aku berbalik dia sudah ada di hadapanku, persis di depan mukaku, mungkin jarak wajah kami hanya satu Inchi saja. Mataku terbuka lebar karena saking terkejutnya, "Kau suka padaku, Alex?" tanyanya lembut. Pertanyaan macam apa itu, sangat tidak pantas diucapkan oleh seorang guru terhadap siswanya.

Tapi jujur, itu membuatku gugup. Apalagi tempat ini sepi dan seram, "E ... Miss ... saya....!" kalimatku terhenti ketika kurasakan telapak tangannya yang lentik ia tekankan di dadaku, membuatku terkesiap dan tak mampu berucap apa pun, lalu telapak tangan itu merambah naik hingga ke pundak dan berakhir di tengukku. Ia lemparkan senyum manis padaku yang sudah pasti akan membuat semua pria bertekuk lutut di hadapannya. Ia mengangkat tangannya yang lain tinggi, aku tak terlalu memperhatikan  karena asyik memandangi wajahnya di depanku.

Tapi, grab! 

Kutangkap lengannya itu saat berayun ke arahku, kulirik apa yang ada di telapak tangannya. Sebuah pisau runcing nan mengkilat hampir saja menikamku. Kutatap wajahnya, belum bisa aku bereaksi dia sudah mengadukan dahinya kepadaku hingga terpental, serangan lain menyusul. Sebuah tinju di perut dan wajah, lalu ia menyerang dengan pisaunya aku mencoba menghindar dan melawan, tetapi gerakannya terlalu cepat hingga membuat lenganku harus tergores benda mengkilat di tangannya itu seraya terhempas ke lantai. Punggungku terasa sakit dibuatnya, darah menetes dari luka di lenganku.

Kutekan luka itu seraya menatapnya, tubuhku masih terjerembat di lantai, dia tersenyum manis dan mematikan. "Kau suka itu, Alex?" tanyanya seraya memainkan pisaunya dan berjalan ke arahku.

----------o0o----------

Next,  Part 6 : Mesin Pembunuh     || Baca juga, Part 1 : Siapa Aku?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun